MEDAN-Pengembangan tanaman jagung yang paling luas di Sumut hingga kini masih berada di Kabupaten Karo, yakni berkisar 30.000-an hektare. Luasan ini meningkat dibanding tahun lalu yang hanya berkisar 25.000-an hektare. Kemudian disusul Kabupaten Simalungun dan Humbang Hasundutan (Humbahas).

"Untuk Humbahas, tahun ini pengembangan jagungnya berkisar 11.500 hektare. Dan, ke depan ditargetkan mencapai 30.000-an hektare. Sama seperti Karo, Humbahas juga memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan jagung. Di sana masih banyak lahan-lahan yang belum dimaksimalkan," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut, Muhammad Juwaini kepada wartawan di Medan.

Karena itu, ke depan, kata Juwaini, Humbahas akan dijadikan sentra jagung setelah Kabupaten Karo. Apalagi, Pemkab Humbahas dalam hal ini bupatinya sangat respon dan antusias untuk pengembangan jagung di daerah tersebut.

Untuk benih atau varietas jagung yang diberikan ke petani, Juwaini mengatakan, pemilihan varietas sesuai dengan permintaan petani. Di mana petani mengusulkannya ke dinas pertanian setempat kemudian diteruskan ke provinsi.

"Jadi pemilihan benih bukan kita yang menentukan melainkan petaninya sendirilah yang memilih dan masing-masing daerah berbeda dan itu disesuaikan dengan agroklimat atau kecocokan daerah tumbuhnya," jelasnya.

Tetapi yang banyak diminta petani kata Juwaini, adalah varietas pioneer, bisi, biosit, NK dan Bima.

Hingga 22 Agustus 2017, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara (Sumut) telah mendistribusikan bantuan benih jagung hibrida 1.068,17 ton ke petani di Sumut atau baru 50% dari total 2.136,345 ton benih yang dibutuhkan.

"Sisanya bantuan yang merupakan program upaya khusus padi, jagung dan kedelai (upsus pajale) ini akan kita salurkan hingga pertengahan September mendatang. Jadi, pertengahan September nanti semua sudah disalurkan ke petani," kata Juwaini.