MEDAN - Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi (Unpab) Dr H Muhammad Isa Indrawan mengatakan, Sumatera Utara berpeluang menggarap pasar produk halal di Asia. Ini sejalan dengan meningkatnya permintaan produk halal dari konsumen di Tiongkok, Taiwan, Jepang, Hongkong, Malaysia, Brunai, Singapura, Korea Selatan, Filipina, dan Thailand. “Sudah saatnya produk halal Sumut bersaing memasuki pasar potensial, terutama di wilayah Asia Pasifik. Hal ini mengingat lebih dari setengah populasi muslim dunia berpusat di Asia, sehingga Taiwan menjadi hubungan sangat penting untuk Asia Pasifik dalam mempromosikan produk halal,” kata Isa Indrawan di Kampus Tamadun Mandiri Unpab, Jalan Gatot Subroto Km 4,5 Medan, belum lama ini.

Doktor ilmu ekonomi ini berharap, pelaku usaha dapat meningkatkan citra produk halal Sumatera Utara di kancah internasional. Begitu juga pemerintah terus berkomitmen memperluas pasar produk halal yang kompetitif di dunia.

BPS mencatat neraca perdagangan nonmigas Indonesia ke Taiwan pada tahun 2016 mengalami surplus sebesar US$514,5 juta. Indonesia merupakan negara urutan ke-15 pemasok produk makanan olahan ke pasar Taiwan setelah Italia, Singapura, Jerman, Australia, dan Vietnam. Sementara, untuk produk kosmetik, pasokan dari Indonesia berada di posisi ke-20 setelah Jepang, Prancis, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Cina.

Isa Indrawan menyatakan, 20 persen koperasi ASEAN saat ini sudah tersertifikasi halal dari sejumlah lembaga Islam. Adapun sejumlah produk halal yang dipasarkan koperasi tersebut mayoritasnya berupa makanan dan produk konveksi dengan konsumennya masyarakat internasional.

"Saat ini sertifikasi halal pada sebuah produk tidak hanya sebatas pada jaminan halal, namun juga segi higienisnya yang menjadi pertimbangan masyarakat internasional," kata rektor yang kerap menghadiri pertemuan rektor di tingkat internasional ini.

Dikatakan Isa Indrawan, di Filipina, merespon dari peningkatan permintaan produk-produk bersertifikat halal telah mendorong perusahaan untuk melakukan sertifikasi produknya. Saat ini sekitar 50 perusahaan telah mendapatkan sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh Dewan Dakwah Islam Filipina (IDCP). Jumlah ini terus mengalami peningkatan, dan saat ini jumlah makanan yang telah disertifikasi halal mencapai 450 jenis.

Selain Filipina, negara minoritas muslim yang saat ini tengah mempersiapkan diri untuk menjadi produsen produk halal adalah Thailand. Negara ini juga menyiapkan wilayahnya untuk menjadi sentra produk halal dunia. Selandia Baru, sebagai negara yang terkenal akan pengekspor daging ke berbagai penjuru dunia, telah menggiatkan sertifikasi halal sejak lama.

“Hampir 80 persen dari perusahaan daging yang ada di Selandia Baru sudah mendapat sertifikasi halal. Hal ini karena tujuan ekspor nya sebagian besar adalah Timur Tengah. Bahkan saat ini tengah membidik pasar Asia Tenggara di mana jumlah penduduk muslim mayoritas,” katanya.

Menurut Isa, tidak hanya peluang pasar ekspor bagi produk halal Sumut yang terbuka lebar, namun juga pasar dalam negeri di Indonesia, yang notabene mayoritas muslim. Potensi pasar ini sudah menjadi perhatian banyak negara. Sehingga jika Indonesia tidak jeli dalam melihat peluang ini, maka pasar produk halal di dalam negeri akan dimasuki oleh produk-produk halal dari luar negeri.

“Sehingga untuk bisa menjadi eksportir produk halal dunia, dan untuk menjadi raja di negeri sendiri, maka yang harus dilakukan adalah sertifikasi produk halal. Diharapkan sertifikasi tidak hanya dilakukan untuk perusahaan-perusahaan yang berskala besar, namun juga usaha menengah dan kecil bahkan kalau bisa untuk usaha-usaha rumah tangga,” tandas Rektor Unpab ini.