JAKARTA - Produksi mobil listrik nasional (molinas) konon baru akan dimulai dalam waktu tiga tahun ke depan. Pada 2020, pemerintah optimistis mobil listrik karya anak bangsa siap mengaspal di jalanan. Lalu sudah sejauh mana progresnya?

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengungkapkan saat ini produksi mobil listrik Indonesia masih dalam tahap purwarupa (prototype). Ia sudah menunjuk lima perguruan tinggi, antara lain UI, UGM, ITB, UNS, dan ITS untuk melakukan penelitian lanjutan.

"Perkembangannya masih kita uji coba skala kampus. Jadi belum bisa ke luar. Selanjutnya kami akan melakukan uji daya tahan baterai," ujar Menristekdikti, Jumat (4/8) di Jakarta.

Khusus untuk baterai, Menteri Nasir menugaskan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta untuk mendorong produksi baterai litium, agar molinas mengaspal lebih lama di jalanan.

"Kalau litium bisa dibuat, nanti kita produksi dari sana. Tapi kalau belum bisa nanti kita modifikasi, berapa persen impor, dan berapa persen dari dalam negeri,” sambungnya.

Diharapkan pada 2020 nanti, Indonesia dapat memproduksi baterai litium 100 persen. Sehingga tidak perlu lagi impor dari luar negeri.

Perlu diketahui, produksi mobil listrik di dunia sudah mencapai angka dua juta unit berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA). Jumlah ini tentu tidak sebanding dengan jumlah populasi dunia yang sudah mencapai angka tujuh miliar.

Norwegia dalam hal ini menjadi negara yang paling banyak memanfaatka kendaraan ramah lingkungan tersebut, yakni 37 persen dari populasi baru. Lalu disusul oleh Belanda (6,4 persen) dan Swedia (3.4 persen). ***