Siborongborong|Delegasi investor Jepang berkunjung ke Kampus Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli (UNITA) di Kecamatan Siborongborong, Tapanuli Utara (Taput) dalam rangka menjalin silaturahmi untuk mejajaki kerjasama bidang pertanian.

Rombongan yang terdiri dari Yuji Hamada (mantan Konsul Jepang di Medan), Fumihito Yoshitsugu dan Kenichi Okada (Dentsu Grup) serta Hidehumi Kondo (pengusaha beras) dipimpin Ketua Forum Masyarakat Indonesia-Jepang Parlindungan Purba didampingi Ketua Forum Masyarakat Tapanuli-Jepang, Poltak Silitonga SH. Kedatangan sejumlah delegasi itu disambut Pembantu Rektor II Arta J Hutahayan MSi dan Ketua Prodi Menagemen Ester Mawar Siagian SE MM.

Parlindungan Purba yang juga Anggota DPD-RI menegaskan, kunjungan tersebut untuk menjajaki kerjasama yang dapat dikerjakan secara khusus di bidang pertanian yang nantinya membawa manfaat mensejahterakan masyarakat daerah sekitar kampus UNITA.

“Rombongan ini terdiri dari Dentsu Grup sebagai perusahaan beras yang bergerak dibidang periklanan dan maketing dan Kondo sebagai pengusaha beras. Saya sangat berharap bahwa nantinya banyak yang dapat diperbuat untuk masyarakat Tapanuli secara umum dari kerjasama itu,” ujar Parlindungan Purba.

Parlindungan Purba memberikan apresiasi kepada UNITA yang melaksanakan kerjasama dengan Balitbang Lembang dalam pengembangan bawang merah dengan benih biji yang nantinya dapat membantu petani Tapanuli untuk menghasilkan produksi bawang merah berkualitas.

“Apa yang telah dikerjakan UNITA saat ini, maka kedepan Tapanuli bisa menjadi sentra produksi bawang merah. Dulu kita mengenal bawang Samosir, bawang Muara, Balige dan Tarutung. Kejayaan itu dapat kembali mucul,” ucap Parlindungan Purba.

Berkaitan dengan itu pula, sebut Parlindungan Purba, kerjasama yang dijajaki untuk dijalin UNITA dengan investor Jepang melalui Forum Masyarakat Indonesia-Jepang, akan menambah komoditi yang dihasilkan masyarakat Tapanuli.

“Beras Jepang sangat enak dan harganya cukup tinggi. Apabila dapat dikembangkan di Tapanuli, sudah tentu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena dapat dieksport ke Jepang. Pengusahanya sudah ada bersama kita sekarang,” sebut Parlindungan Purba.

Komoditi lainya, ujar Parlindungan Purba, yang berpeluang untuk dikembangkan melalui kerjasama nantinya yakni nenas dan umbi talas. Diharapkan produksi pertanian Tapanuli dapat semakin berkualitas sehingga dapat diekspor. Melalui kerjasama nantinya kita memproyeksikan Tapanuli menjadi pengekspor bawang merah dan beras berkualitas.

“Bahwa kerjasama percontohan lebih efektif dilaksanakan dengan UNITA, karena berbagai fasilitas yang telah dimiliki seperti lahan, sumber daya manusia (SDM) dan berbagai keperluan pendukung lainnya,” terang Parlindungan Purba.

Pembantu Rektor II Arta J Hutahaean MSi dalam sambutannya, menjelaskan UNITA didirikan Dr GM Panggabean pada tahun 1976 untuk tujuan membawa pendidikan agar dapat membebaskan masyarakat Tapanuli dari kemiskinan.

“UNITA saat ini memiliki lima fakultas yaitu Pertanian, Hukum,Ekonomi, Teknik dan FKIP (Keguruan). Kami sudah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan mutu pendidikan dan membawa manfaat kepada daerah ini dan masyarakat,” terang Arta Hutahaean.

Arta Hutahaean menjelaskan, bahwa saat ini UNITA menjalin kerjasama dengan Balitbang Lembang untuk pengembangan bawang merah dengan benih biji yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan benih umbi.

“Biasaya untuk satu hektar lahan, maka kebutuhan benih umbi bawah merah mencapai 1,5 ton dengan benih biji cukup 1,5 kg. Ini sangat menghemat dari segi biaya transpotasi benih,” ungkap Arta.

Ia juga berharap, dengan kerjasama yang akan dijalin dengan investor dari Jepang akan dapat mengembangkan produksi pertanian dengan jenis komoditi yang lain.

“Kami membutuhkan transfer teknologi, karena Jepang sudah menerapkan teknologi pertanian yang sudah jauh lebih maju,” ucapnya.