LABUHANBATU - Sekitar puluhan hektar lahan perkebunan sawit milik masyarakat di Kecamatan Panai Tengah, berbatasan dengan Pasir Limau Kapas (Rohil) saat ini rata akibat di lahap si jago merah. Tidak tahu dari mana asal datangnya api, namun tiba-tiba saja perkebunan sawit mereka sudah terbakar dengan api yang cukup besar, sehingga melalap lahan warga seluas puluhan hektar.

Camat Panai Tengah, H. Agustiar, mengungkapkan peristiwa tersebut terjadi pada Minggu (30/7/2017) kemarin. Akibatnya, puluhan hektar lahan sawit warga terbakar tepatnya di Dusun Kebun Nenas Desa Pasar 3, Kecamatan Panai Tengah, Kabupaten Labuhanbatu, berbatas dengan Kabupaten Rokan Hilir, Riau.

"Mungkin penyebabnya karena musim kemarau yang berkepanjangan, ketepatan lahan warga kondisi tanah di sana masih tanah daun (gambut) sehingga sensitif dan mudah terbakar," ujar Agustiar, Senin (31/7/2017).

"Sebenarnya kebakaran lahan ada di beberapa titik, seperti hutan lindung juga ikut terbakar," timpalnya.

Menurut Camat, api yang membakar lahan warga akhirnya dapat dijinakkan setelah warga bergotong royong dengan alat mesin pompa air untuk memadamkan api.

Secara terpisah, Danramil 07 Labuhanbilik, Kapten infantri, Mahmud Tambunan, membenarkan lahan warga dan hutan lindung ikut terbakar. Pihaknya bersama masyarakat sudah melakukan antisipasi agar lahan hutan lindung jangan sampai habis terbakar. Bahkan, mereka juga mengerahkan mobil pemadam kebakaran dan bekerja sama dengan badan penanggulangan bencana (BPBD) Labuhanbatu untuk mengatasi hal ini.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Wilayah I mencatat dari hasil pantauan sensor modis (Satelit Terra dan Aqua) terdapat 12 titik panas (hotspot) dengan tingkat kepercayaan diatas 50% di wilayah Provinsi Sumatera Utara.

Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah I, Syahnan menyebutkan, ke-12 hotspot itu salah satu di antaranya ada di Kecamatan Panai Tengah dengan jumlah satu titik.

"12 titik panas ini muncul dari kawasan hutan wilayah itu. Penyebab titik panas ya kita gak tahu pasti karena apa ya. Sebab, kita hanya bersifat memantau saja dari udara," tegas Syahnan.