MEDAN-Sumatera Utara (Sumut) masih mengandalkan sektor pertanian dalam mengejar target pertumbuhan ekonomi. Sayangnya, sebagian besar petani justru tidak bisa menikmati besarnya sumbangsih sektor pertanian. Pasalnya, pemerintah dinilai tidak memberikan perhatian yang merata kepada petani di Sumut.

Sokongan yang dimaksudkan petani bukan hanya terkait pengembangan dan budidaya tanaman. Tapi juga minimnya pngetahuan petani dalam mengelola tanamannya tidak mendapat perhatian dari pemerintah. "Petani jadinya rugi.

Karena banyak petani yang berusaha tani hanya karena tidak ada sumber pekerjaan yang lain. Makanya pemahamannya minim. Disinilah sangat dibutuhkan sokongan pemerintah dan petani bisa mendapatkan solusinya," kata Yatino, petani jambu di Deliserdang.

Pengetahuan petani yang minim salah satunya terkait hama yang menyerang tanaman petani. Dikatakannya, para petani biasanya mencari solusi sendiri. Meski hasilnya belum tentu bagus. Karena itu, petani sangat berharap pemerintah bisa menyokong petani. Salah satunya dengan memantau kerja penyuluh pertanian.

Diakuinya, penyuluhan pertanian tidak pernah didapatkan petani sehingga bukan hanya tidak bisa membasmi serangan hama. Tapi juga sering salah atau ikut-ikutan menanam tanaman yang sedang "mentereng" karena harganya mahal.
Kebiasaan petani ini memang tidak terlepas dari pemahaman petani yang sangat minim.

"Tentu kami (petani) sangat menginginkan pemerintah memperhatikan kebutuhan kami. Karena itu juga akan membantu dalam meningkatkan produksi?," katanya.

Hal senada juga dikatakan Suparno, petani karet di Langkat. Sejak harga karet merosot, petani sudah tidak bisa melakukan pemupukan. Tapi pemerintah terkesan abai dan petani pun menerima saja ketika produksinya merosot.

"Tentu petani sangat berharap pemerintah memberi perhatian. Apalagi belakangan, perhatian pemerintah sepertinya hanya terfokus pada tanaman pangan saja. Padahal, petani kan bukan hanya petani pangan saja," katanya.