BELAWAN-Selama bulan suci Ramadan, produksi ikan dari sentra produsen ikan terkemuka di Sumatera Utara yakni Pelabuhan Perikanan Samudera Gabion Belawan (PPSB) turun 34,24% dari kapasitas normalnya.

Penurunan terjadi karena sepanjang Ramadan banyak nelayan yang melaksanakan ibadah puasa sehingga istirahat beroperasi.

Kepala PPSB Gabion Arief Rahman Lamatta kepada MedanBisnis melalui sambungan seluler, mengatakan, selama bulan puasa produksi ikan hasil tangkapan kapal ikan yang bertangkahan di PPSB turun sekitar 50 ton per hari. "Sebelumnya produksi ikan tercatat 146 ton per hari," kata Arief.

Selain karena bulan suci Ramadan, kata Arief, turunnya produksi ikan di Gabion Belawan masih terkait dengan masalah perizinan. Sekarang ini kapal yang selama ini melanggar ketentuan pemerintah seperti menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan diminta untuk mengurus izin baru dengan melakukan cek ulang kondisi kapal.

Ternyata hasil cek ulang oleh pihak Dinas Perhubungan Laut terhadap kapal lambat, karena personelnya hanya dua orang sementara kapal yang mau diperiksa sangat banyak. Karena hasil cek ulang lambat, maka prosedur pengurusan izin kapal pun menjadi lambat sehingga banyak kapal yang belum beroperasi. Hingga saat berita dibuat, menurutnya, produksi ikan di Gabion Belawan masih belum normal.

Hingga saat ini produksi ikan asin dari pusat penghasil ikan asin di Kampung Kurnia, Belawan pun berkurang. Hal ini terjadi karena bahan baku ikan sulit diperoleh dan harga garam naik.

Sejumlah pengusaha ikan asin di Kampung Kurnia Belawan mengatakan, sejak dua minggu lalu produksi ikan asin dari Kampung Kurnia Belawan jauh berkurang. Harga garam naik dari Rp 140.000 per karung menjadi Rp 165.000."Harga naik Rp 25.000 per karung sehingga memberatkan pengusaha," kata Sutikno pengusaha ikan asin setempat.

Sebelumnya, kata Sutikno, garam untuk bahan baku pembuatan ikan asin sempat menghilang dan tiba-tiba muncul di pasar, tapi harganya naik. "Untuk itulah kami berharap agar pemerintah mau memperhatikan nasib pembuat ikan asin dengan mencegah permainan harga," harapnya.

Selain itu, langkanya dan diiringi naiknya harga ikan pun menjadi faktor penurunan produksi. Ikan kepala batu kini dibeli dengan harga Rp 20.000 per kg dari sebelumnya hanya Rp 7.000 hingga Rp 10.000 saja per kg,

Begitu juga ikan lidah kalau sebelumnya harganya Rp 15.000 per kg, kini naik menjadi Rp 25.000. Ikan gembung dari Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per kg naik menjadi Rp 30.000 per kg.

Ironisnya, kata Sutikno, yang diamini temannya Marusaha Sinaga, untuk mendapatkan bahan baku yang harganya naik itu pengusaha harus membelinya dari nelayan di tengah laut. "Sudah harganya naik untuk mendapatkannya pun harus ke tengah laut," kata Marusaha.