LANGKAT-Pupus sudah harapan petani cabai untuk menikmati keuntungan menjelang Lebaran Idul Fitri. Tadinya petani berharap, harga cabai bisa beranjak naik memasuki H-1 Lebaran.

Namun, kenyataannya berbanding terbalik, harga yang semula bertengger di Rp 8.000-an per kilogram (kg), malah kembali anjlok menjadi Rp 6.000 per kg. Kondisi tersebut semakin memperburuk perekonomian para petani cabai terutama menjelang Lebaran.

"Utang obat-obatan seperti fungisida, pestisida maupun pupuk belum terbayarkan. Belum lagi kebutuhan menjelang Lebaran membuat petani pusing tujuh keliling," kata Hamdan, seorang petani cabai di Desa Pasar Rawa Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat.

Menurut Hamdan, di saat harga cabai tinggi, di tingkat petani Rp 50.000 - Rp 75.000 per kg, tanamannya rusak. Sedangkan sekarang ini, harga cabai Rp 6.000 per kg membuat nasibnya lebih buruk.

"Waktu musim panen Desember 2016-Februari 2017 lalu, dikala harga jual cabai tinggi, tanaman cabai saya rusak. Hasil panen saya saat itu, hanya bisa mengembalikan modal produksi," kata Hamdan.

Setelah kegagalan itu, ia pun kembali menanam cabai pada pertengahan Februari lalu, berharap panen disaat menjelang Lebaran ini, harga cabai kembali tinggi atau mencapai antara Rp 25.000 - Rp 30.000.

"Pengalaman tahun lalu, saat menjelang Lebaran harga cabai Rp 25.000 per kg. Dan naik terus, hingga September atau Hari Raya Haji, harga jual cabai di tingkat petani mencapai Rp 40.000 per kg. Jadi saya menimba pengalaman dari tahun lalu," katanya.

Dari enam rante tanaman cabai yang ditanam Hamdan dengan biaya Rp 13 jutaan, hasilnya belum bisa dinikmati. "Biaya produksinya berkisar antara Rp 11.000-Rp 12.000 per kg, sementara harga jualnya saat ini hanya Rp 6.000 per kg," kata dia.

Seharusnya, harga jual cabai petani berkisar Rp 20.000-an per kg atau di atas Rp 16.000 per kg. "Karena jika harga seperti itu, petani bisa untung Rp 4.000 - Rp 8.000 per kg dari modal Rp 12.000 per kg," ujarnya.

Jika dipanen secara keseluruhan, tanaman cabai seluas enam rante bisa 2 - 2,5 ton, dan jika harga jual Rp 20.000 per kg, maka petani bisa meraup Rp 40 juta - Rp 45 juta.

Tetapi dengan harga jual Rp 6.000 per kg, jika dipanen semua hanya bisa Rp 12 juta - Rp 15 juta. "Tetapi, karena harga tidak kena, cabaipun terpaksa tak dipanen. Kerugian kita mencapai Rp 25 juta-Rp 30 juta," ungkapnya.

Jasman, petani cabai di Dusun Kelantan Desa Pasar Rawa Kecamatan Gebang, juga mengaku saat harga cabai tinggi telah diuntungkan.

"Memang saya tanam seluas 13 rante tanaman cabai dengan modal Rp 12 juta untuk pembelian obat-obatan dan pupuk. Kala itu memang harga cukup fantastis, mulai panen November diharga Rp 40.000, terus beranjak naik hingga ke harga Rp 73.000 per kg. Total semua saya dapat uang waktu itu Rp 160 juta," akunya.

Dari keuntungan itu, ia dapat bangun rumah, beli sepeda motor dan biaya hidup. "Usai panen Februari lalu, saya belum tanam, dan ini masih menyemai bibit cabai untuk musim tanam Agustus - Seperember mendatang," ungkapnya.