MEDAN-Safari Ramadhan sekaligus silaturahmi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo bersama prajurit, PNS dan keluarga, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD), ulama, tokoh masyarakat di Lapangan Benteng Medan dihadiri ribuan masyarakat.

Selain itu, hadir Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Tengku Erry Nuradi, Kapolda Sumut Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin, tokoh masyarakat Abdillah, Syamsul Arifin, para ulama, para cendikiawan dan undangan. Panglima TNI didampingi Pangkostrad Letjen TNI Edy Rahmayadi dan Pangdam I/BB Mayjen TNI Cucu Sumantri.

Dalam sambutannya, Jenderal Gatot Nurmantyo menyanjung masyarakat Sumut sebagai masyarakat intelektual. "Saya hadir di Medan, karena rindu dengan bapak-ibu sekalian, khususnya dengan prajurit saya. Kepada seluruh masyarakat Sumut yang pada pelaksanaan Pilkada serentak kemarin tenang, tentram, menunjukkan masyarakat Sumut adalah masyarakat intelektual, memahami cara berdemokrasi yang sebenarnya," sebut Gatot.

Kemudian Gatot melanjutkan, TNI harus terus bersama rakyat. Tingginya kepercayaan masyarakat kepada lembaga TNI bukanlah sesuatu yang luar biasa. Adalah kewajiban TNI untuk bersama rakyat.

"Sebelum kita merdeka, bangsa ini berjuang dari Aceh ada Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Sisingamangaraja. Yang berjuang adalah bukan tentara melainkan rakyat," ucap Gatot.
Gatot berkisah, pada dahulu kala di zaman penjajahan, salah satu elemen terpenting dalam perjuangan melawan penjajah adalah ulama. Ia mengisahkan bahwa Boedi Utomo, misalnya, organisasi modern awal-awal juga berdiri karena ulama.

Ulama lah yang kerap muncul memimpin perlawanan terhadap penjajah. Ulama juga memainkan peran sebagai pemersatu. "Ulama lah yang meyakinkan santri-santri untuk terus berjuang. Setelah kemerdekaan berhasil direbut, para ulama kembali. Ada yang bertahan dan membentuk Badan Keamanan Rakyat," sebut Gatot.

Badan Keamanan Rakyat kemudian menjadi cikal bakal TNI. Contoh lain adalah peristiwa 10 November, dimana pecah perlawanan rakyat Surabaya pada tentara sekutu NICA yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan juga dipimpin oleh ulama yakni KH Wahab dan KH Hasyim As'hari.

"Karenanya kalau ada yang berpakaian seperti ulama lalu memecah belah kita, perlu kita curigai sebagai ulama dari luar yang ingin memecah belah kita," tandas Gatot.

Tausyiah Ramadhan disampaikan Prof Syahrin Harahap. Setelah berbuka puasa bersama dilanjutkan dengan shalat magrib berjamaah. Acara ditandai dengan pemberian tali asih kepada anak yatim. Silaturahmi berlanjut hingga shalat isya dan taraweh.