LUBUK PAKAM - Meski harga cabai merah di tingkat petani mengalami sedikit kenaikan menjadi Rp 7.500/Kg, namun sejumlah petani cabai di Kecamatan Beringin Kabupaten Deliserdang tetap mencabuti tanamannya. Karena dengan harga tersebut petani tidak punya modal melakukan perawatan tanaman. Hingga kini, dari sekitar 38 hektar tanaman cabai di Dusun Jogja, Desa Sidodadi R, Kecamatan Beringin, Deliserdang, hanya sekitar 8-10 hektar yang masih tersisa.

"Dengan harga Rp 7.500/kg, petani hanya dapat untung Rp 500/kg. Nah, gimana ketika harga hanya tinggal Rp 3.500/kg? Sudah jelas kerugian kita sangat besar. Makanya banyak yang telah mencabuti tanaman cabai dan ada juga yang dipanen muda," kata Aryadi, salah seorang petani cabai kepada medanbisnisdaily.com, Minggu (18/6/2017).

Dijelaskan Aryadi, petani cabai di daerahnya semakin menjerit ketika harga cabai di tingkat petani hanya Rp 3.500 - Rp 4.000/kg. Sehingga para petani memanennya meski cabai masih hijau.

Ketua Juli Tani, Yareli, menambahkan,kerugian petani akibat terpuruknya harga cabai cukup besar. Sebab, modal per batang cabai termasuk perawatan, pupuk dan pestisida Rp 6.985. Dalam 1 rantai (400 meter2) jumlah tanaman 700-800 batang. Artinya, jika jika harga di kisaran Rp 4.000/kg,maka kerugian petani per rantainya Rp 2.800.000.

Dikatakan Yareli, ketika tahun 2016 harga cabai Rp 70.000, keuntungan petani Rp 63.000.Namun jika dirata-ratakan harga cabai mulai dari panen hingga habis di kisaran Rp 40.000 s/d Rp 45.000,dengan demikian keuntungan petani per rantainya Rp 33.000.000.

"Tapi sejak Januari lalu kan harga cabai terus anjlok,sehingga petani selama Januari hingga saat ini terus merugi. Makanya,cukup banyak petani yang memanen cabai meski masih hijau, bahkan banyak juga yang sudah mencabuti tanamannya," papar Yareli.

Ketika ditanya apakah petani masih tetap menanam cabai, kata Yareli, petani tetap melakukannya pada musim tanam (MT) pertama 2017 di bulan Juli. Hanya, penanamannya dilakukan secara bertahap dan tanpa diupahkan karena umumnya petani sudah kehabisan modal.

"Lahan kita tetap,tapi musim tanamnya saja kita lakukan dua tahap yakni bulan Juli dan bulan September," tutur Yareli.

Yareli berharap kiranya pemerintah dapat mencari solusi terbaik jika harga cabai petani mengalami kemerosotan,sehingga petani tak mengalami kerugian yang lebih besar.Seperti menggalang pengusaha pengelola cabai kering untuk dapat menampung cabai kering petani yang sudah di oven.

"Hal seperti ini lah yang diharapkan petani.Jadi meskipun harga turun,tapi cabai kering kita tetap ada yang menampung,sehingga kita tak mengalami kerugian lagi," harapnya.