MEDAN-Jonhen, satu dari tiga terduga teroris yang ditangkap oleh Densus 88 Selasa lalu (6/6/2017) ditangkap saat pergi ke pasar untuk membeli minyak goreng.

"Saya sedang jualan kemarin itu. Saya minta suami saya beli minyak goreng ke pasar sama anak-anak, semenjak itu saya tidak tahu lagi kemana perginya suami saya," ujar Yanti, Istri Jonhen di Mapolda Sumut.

Kata Yanti saat suaminya ditangkap sedang bersama dua anaknya. Belakangan kedua anaknya tersebut diantarkan oleh polisi berpakaian preman ke warung tempat Yanti berjualan.

"Anak saya diantar sama polisi. Saat saya tanya-tanya. Polisinya enggak mau bicara. Mereka diam saja. Yang ku dengar dari mereka, kami nanti ditelepon," ujarnya.

Namun hingga sekarang mereka tidak mendapat kabar apapun dari pihak polisi atas keberadaan suaminya. Sehingga mereka datang ke Mapolda untuk mempertanyakan keberadaan suaminya.

"Kami tanya pun tadi sama polisi, enggak ada jawaban tentang keberadaan suami saya, saya pun enggak pernah dikabari melalui apapun tentang keberadaan suami kami," ujarnya.
Ia bercerita bahwa rumah dan warungnya mereka di Jalan Jermal diobrak-abrik oleh Densus 88.

"Sudah diobrak-abrik rumah kami, sampai sekarang kami enggak berani pulang," ujarnya.
Para keluarga terduga teroris ini, yaitu terdiri istri dan anak terduga teroris datang ke Mapolda Sumatera didampingi Front Umat Islam (FUI) dan beberapa Ormas Islam lainnnya.