MEDAN-Pengembangan bawang putih di Sumatera Utara (Sumut) terbilang sulit. Pasalnya, daerah yang potensial untuk pertanamannya yakni Desa Sigarang-garang Kabupaten Karo sudah tertutupi debu vulkanik.

Itu membuat Sumut masih akan bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan, baik untuk konsumsi masyarakat maupun industri.

Pengamat pertanian Sumut Prof Abdul Rauf mengatakan, pertanaman bawang putih paling sesuai adalah pada daerah dengan ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl) atau lebih dengan tanah berbatu.

"Daerah yang potensial di Sumut adalah Desa sigarang-garang Kecamatan Simpang Empat Karo. Namun karena daerah ini masuk ke dalam zona merah erupsi Sinabung, maka pembudidayaannya selama ini terhambat. Karena daerah lain belum dipastikan bisa mengembangkannya," katanya di Medan.

Rauf mengatakan, daerah lain yang berada dengan ketinggian 1.300 mdpl memang memungkinkan untuk budidaya bawang putih. Hanya saja, panennya tidak bagus. Karena dari beberapa daerah yang sudah pernah dicoba, bisa dikatakan gagal.

"Ketika kering umbinya menjadi kosong (kempes). Karena itu, untuk saat ini belum ditemukan daerah yang tepat di Sumut untuk budidaya bawang putih," jelasnya.

Budi Tarigan, petani bawang merah di Desa Batukarang Karo mengatakan, kelompok taninya pernah mencoba pertanaman bawang putih. Meski saat itu hanya uji coba.

"Tapi hasilnya tidak sesuai harapan. Umbinya tidak tumbuh sempurna. Karena itu, sekarang tidak dilanjutkan lagi dan lahannya kami tanami bawang merah saja. Karena lebih bagus dibandingkan menanam bawang putih," katanya.