LUBUKPAKAM-Harga cabai merah yang terus anjlok membuat petani cabai di Kecamatan Beringin Kabupaten Deliserdang semakin terpuruk. Harga cabai di tingkat petani hanya Rp 5.000 per kilogram (kg). Akibatnya, tanaman cabai di daerah itu tidak lagi terawat dan dibiarkan begitu saja.

Ketua Kelompok Juli Tani Desa Sidodadi Ramunia, Yareli mengatakan, anjloknya harga cabai merah justru terjadi pada saat menjelang Ramadhan di mana harganya hanya Rp 7.000 per kg. Bahkan dua hari berikutnya harganya tinggal Rp 6.000 per kg.

"Tapi hari ini harganya cuma Rp 5.000 per kg. Itu sebabnya, para petani tak sanggup lagi menutupi biaya operasional pembelian pestisida," kata Yareli didampingi Sekretaris Koperasi Mekar Tani Dedi kepada MedanBisnis di sela penyerahan bantuan Klaster dan Pelatihan dari Bank Indonesia Perwakilan Sumut kepada kelompok Juli Tani.

Menurut Yareli, semakin turunnya harga cabai merah tersebut membuat kelompok taninya makin kelimpungan untuk menutupi biaya operasional. Sebab, untuk biaya kutip saja mereka harus membayar Rp 2.500 per kg, belum lagi biaya perawatan dan pestisida.

Menurut dia, luas areal lahan cabai kelompok Juli Tani berkisar 38 hektare. Namun karena anjloknya harga cabai, maka lahan pertanian dibiarkan begitu saja. "Ya mau gimana lagi. Untuk beli pestisida saja sudah nggak sanggup. Makanya kita biarkan sajalah," ujarnya.

Selain itu, para petani cabai juga mengaku gamang menghadapi Hari Raya Idul Fitri 1438 H. Pasalnya, mereka juga harus memikirkan biaya anak sekolah yang tak lama lagi akan memasuki ajaran baru.

Bahkan, pada bulan Juni-Juli para petani cabai sudah memasuki musim tanam (MT) pertama 2017, yang sudah tentu membutuhkan biaya yang banyak. Sementara harga cabai merah sudah jatuh ke titik rendah Rp 5.000 per kg.

"Dengan harga cabai seperti ini kita belum bisa membayangi bagaimana menghadapi Idul Fitri. Mana lagi memikirkan biaya anak sekolah, termasuk modal untuk musim tanam dan biaya lainnya," kata Dariono, seorang petani cabai di Dusun Jogja Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin.

Bapak tiga anak yang memiliki lahan cabai 12 rante ini menjelaskan, dengan kondisi harga cabai saat ini, mereka bukan saja memikirkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, tapi juga harus memikirkan utang pestisida.

"Kita kan juga punya utang pestisida yang harus dibayar. Karenanya, kita berharap agar harga cabai bisa kembali normal, sehingga dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan," harap Dariono.

Ketua Kelompok Juli Tani, Yareli berharap pemeritah dapat mencarikan solusi untuk mengatasi harga cabai yang anjlok. Seperti mencarikan kerjasama dengan pihak ketiga agar dapat menampung cabai petani.

"Kalau kita sudah ada kerjasama dengan pihak ketiga, maka kita sudah tak lagi memikirkan harga, baik saat tinggi maupun saat harga anjlok. Sehingga kita bisa lebih fokus untuk peningkatan produksi," tutur Yareli seraya menyebutkan bahwa panen saat ini merupakan hasil musim tanam (MT) kedua tahun 2016. Sedangkan MT pertama 2017 dimulai Juni-Juli.

Berdasarkan pengamatan MedanBisnis di lapangan, sebagian besar tanaman cabai petani sudah tak terurus lagi. Malah tak sedikit tanaman cabai yang dibiarkan mengering begitu saja. Begitu juga mengenai harga belum ada pergerakan yakni masih Rp 5.000 per kg.