LABUHANBATU - Asrama tiga kamar empat Pesantren Darul Mursyid menjadi saksi bisu kekerasan yang dilakukan sembilan senior Chandra Winata Dermawan siswa Pasantren kelas sepuluh beberapa waktu yang lalu. Kondisi korban sampai saat ini belum pulih. Selain masih mengalami trauma, korban juga masih dalam perawatan tim medis dan juga ditangani dukun patah pergendangan karena lengan kanannya mengalami pergeseran akibat penganiayaan tersebut.

Akibat tindak kekerasan yang dilakukan sembilan orang seniornya itu, chandra mengalami luka memar pada mata sebelah kiri, luka memar pada bagian kuping sebelah kiri, luka robek pada bagian siku lengan sebelah kanan, tulang lengan kanan mengalami pergeseran tulang, dan sekujur tubuh mengalami memar akibat kekerasan para pelaku.

Kedua orangtuanya, Rinaldi Zailani (45) dan Sugiharti (41) melakukan visum dan melaporkan peristiwa penganiayaan itu ke Polres Tapanuli Selatan, Senin (29/6/2017).

"Kejadiannya tanggal 23 Mei 2017, kami dapat kabar 28 Mei 2017, dan melaporkan kejadian itu (ke Polres) pada 29 Mei 2017 pukul 9 pagi," ujar Rinaldi, Minggu (4/6/2017).

Dirinya menyesalkan kenapa setelah tiga hari kejadian, pihak yayasan baru memberitahukan kejadian tersebut kepada.

"Ini persoalan besar dan persoalan dunia pendidikan. Kok malah terkesan ditutup-tutupi, seharusnya begitu kejadian pihak yayasan langsung menghubungi keluarga," katanya kecewa.

Dengan adanya laporan ke Polres Tapanuli Selatan dengan nomor STPL/191/V/2017/SU/TAPSEL, yang diterima langsung Bripda Muhammad Kadarcan, aparat kepolisian dapat segera melakukan penyidikan dan pemeriksaan terhadap para pelaku dan dihukum sesuai dengan Undang-undang yang berlaku di NKRI.