BANDUNG - Kota Bandung punya segudang kreasi kuliner. Tak terkecuali bakso. Menu bakso yang tersentuh inovasi dan kreativitas pedagangnya mampu membuat penggemar ketagihan. Salah satu tempat makan bakso yang kini jadi favorit yaitu Kedai Lezit, di Cibaduyut, Kota Bandung.

Pelayanan hangat menyambut PR saat menyambangi Kedai Lezit. Siang hari, para pelajar yang baru pulang sekolah memadati area lesehan kedai. Sambil bercanda riang, mereka menyantap bakso berbagai varian di sana. Tak lupa, sebuah dinding dengan hiasan mural jadi latar belakang pengambilan foto selfie atau foto bersama.

Ada juga seorang warga Kabupaten Bandung, Riana (34) yang mengaku baru pertama kali ke Kedai Lezit saat itu, Rabu, 24 Mei 2017. "Saya tahu ada tempat ngebakso enak baru di Cibaduyut dari TV, habis itu di medsos ramai orang posting makan di sini," ujar Riana.

Posting mengenai menu bakso Kedai Lezit yang viral melalui media sosial memang menularkan rasa kabita bagi pengguna medsos lainnya. Hal itu diakui sang pemilik kedai, Titin Supriatin.

Titin menuturkan, bakso yang paling diminati adalah kreasinya yang diberi nama ''bakso beranak dalam sumur tante''. Terdiri dari setengah kulit bakso besar menyerupai mangkuk, kuah, dengan isian bakso cincang, ceker, bakso-bakso kecil, juga sayuran.

"Awalnya saya buat bakso sumur karena seperti sumur. Nah di dalamnya ada lagi bakso beranak, ada bakso besar dan anaknya kecil-kecil. Lalu saya tambah telur. Tahunya, lebih banyak pengunjung request tanpa telur,'' ujar Titin.

Dari situlah kata ''tante'' disematkan. Karena banyak pengunjung lebih suka bakso sumur beranak tanpa telur atau disingkat tante

Ini dia penampakan satu porsi bakso beranak dalam sumur tante. Semangkuk besar banderolnya Rp 75 ribu. Namun, dengan harga tersebut kita bisa makan bareng tiga orang lain.

Menu lain dan Ramadan

Menu bakso lainnya juga tak kalah unik dan dicari. Bakso sumur, bakso beranak, bakso iga, dan bakso kerikil misalnya. Aneka masakan khas Sunda juga bisa ditemukan di sini. Seperti nasi liwet, tutug oncom, sate, dan soto.

Untuk nasi liwet, tambahan bebek jeletot lah yang paling disukai. Seporsi liwet disajikan bersama bebek goreng berlumur sambal cabai hijau. Rasanya yang super pedas menginspirasi nama jeletot. Liwet bisa disuguhkan dengan kastrol untuk pesanan lebih dari satu porsi. Untuk menu nasi ayam, ayam kremes jadi unggulan.

Sebagai lokasi berbuka puasa bersama, taka da salahnya memilih Kedai Lezit. Apalagi, ada menu baru yaitu paket botram liwet. Pengunjung bisa makan ala balakecrakan atau bersama-sama makan satu alas daun dengan menu liwet komplit. ''Untuk minimal empat orang bisa disajikan pakai alas daun. Setiap orang cukup membayar Rp 30 ribu aja,'' kata Titin.

Selama bulan Ramadan, ujar dia, kedai buka pukul 15.00 untuk pelayanan take away. Namun, untuk disantap di tempat, dimulai sejak waktu berbuka puasa. ''Jangan lupa pesan tempat dulu, karena kalau mendadak bisa berebut," katanya.

Dalam kesempatan itu, Titin juga menuturkan bahwa bisnis kuliner yang ia tekuni mengalami jatuh bangun dalam perjalanannya.

Sebelum Kedai Lezit di Cibaduyut berdiri, ia lebih dulu membuka kedai mi ayam. Titin percaya diri menjualnya berbekal ilmu yang diwariskan sang mertua yang juga penjual mi ayam. Namun, pengalaman usaha pertamanya itu berlalu begitu cepat.

Kedai Lezit pun lebih dulu berdiri di Jalan Cimanuk, bergabung dengan restoran Waroeng Tjimanoek. Di sana, menu bakso beranak sudah ada, namun kalah pamor oleh menu nasi liwet bebek dan belut.

Ia pun terpaksa membuang-buang adonan bakso, karena dibuat tanpa pengawet, membuat bakso yang tak laku sangat mudah basi. “Saya dan suami pun bingung, bakso kami tuh enak tapi nasibnya sebentar-sebentar? Saya pun cari cara gimana biar menu baksonya unik dan kreatif,” kata Titin.

Tak lama sejak berpisah dengan restoran di Cimanuk, berdirilah Kedai Lezit di Soreang. Di sana, Titin memberanikan diri memperkenalkan menu kreasinya. Bakso sumur yang ia buat sendiri. “Suami sempat tidak setuju, buat apa pakai sumur segala? Iya saya juga merasa susah bikinnya, tapi kan ini menu baru, belum banyak yang punya,” ujar Titin. Kerja kerasnya pun kini berbuah manis, karena kreativitasnya disukai banyak pelanggan.

Sukses di Soreang, Titin dan suaminya Yedi Supriadi pun memutuskan buka kedai lagi di Cibaduyut dan Tasikmalaya. Belajar dari pengalaman, bahwa bisnis kuliner harus terus mengikuti perkembangan konsumen. Titin pun mendandani kedainya bak kafe-kafe, lengkap dengan sudut selfie yang mengundang tamu belia untuk ambil foto dan mempostingnya di media sosial.

“Viral di medsos itu sangat membantu. Selebihnya, kita banyak terima masukan dari pengunjung. Seperti tambah wifi, atau menu-menu yang kekinian. Kita harus selalu update,” ujar Yedi menambahkan. ***