MEDAN-Anggota Komisi B DPRD Sumatera Utara (Sumut) Richard Sidabutar menduga ada penyimpangan yang dilakukan oknum tertentu sehingga terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi untuk jenis SP-36 dan NPK Phonska di Sumut.

"Kalau memang stok pupuk bersubsidi banyak di gudang Petro Kimia Gresik (PKG), kenapa kelangkaan masih terjadi. Kenapa tidak segera didistribusikan ke kios-kios pupuk," tegas Richard ketika dihubungi MedanBisnis, di Medan.

Richard menduga, kelangkaan ini ada unsur kesengajaan yang dilakukan pihak tertentu seperti produsen sendiri dan distributor selaku perpanjangan produsen dalam mendistribusikan ke kios-kios pupuk untuk diselewengkan.

"Mulai April lalu, petani sudah memasuki musim tanam, yang berarti tingkat kebutuhan pupuk tinggi. Tetapi, saat pupuk dibutuhkan justru pupuk tidak ada. Ke mana pupuknya, apakah tidak ditebus distributor, atau disimpan distributor untuk diselewengkan," katanya.

Karena itu, Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) bersama Dinas Tanaman Pangan Sumut agar mengusut permasalahan ini, jangan diam saja seakan-akan tutup mata dengan kejadian ini.

"Di mana letak persoalannya, apakah di distributor atau di produsen. Kalau memang di distributor, kita minta agar izinnya dicabut saja," kata Richard.

Sebelumnya, Kasir Sitepu, petani kentang di Desa Simalopu Parbuluan I Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi mengaku, kekosongan pupuk sudah berlangsung sejak satu bulan terakhir. Kelangkaan pupuk terjadi pada jenis NPK Phonska namun yang paling parah jenis SP-36 sama sekali kosong.

"Kalau NPK Phonska kadang dua kali datangnya dalam sebulan meskipun jumlahnya sangat sedikit, tapi SP-36 sama sekali tidak ada. Jarang masuk," kata Kasir.

Untuk memenuhi kebutuhan tanaman kentangnya, Kasir terpaksa membeli pupuk non subsidi yang harganya mahal. "Terpaksalah kita beli pupuk non subsidi. Kalau tanaman tidak kita pupuk tepat waktu, produksi yang dihasilkan tentunya akan berkurang," jelasnya lagi.

Hal yang sama diakui Rosmawati, pemilik kios pupuk bersubsidi UD Rosmawati di Desa Pasar Bengkel, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Menurutnya, kekosongan pupuk untuk jenis SP-36 dan NPK Phonska sudah berlangsung cukup lama.

Padahal saat ini permintaan petani akan pupuk sangat tinggi. "Petani marah-marah sama kami karena pupuk tidak ada. Apa yang mau kami kasih kalau pupuk memang tidak masuk," kata Rosmawati.

Menurut dia, kalaupun ada tapi jumlahnya sangat sedikit. Misalnya, minta lima ton sama distributor tapi yang dikasih cuma dua ton sementara kebutuhan lima ton. "Jelaslah nggak cukup. Tapi, distributor juga tidak bisa kasih banyak sesuai dengan penebusan karena mereka (distibutor-red) juga dikasih sedikit sama produsen," kata Rosmawati.

Kelangkaan pupuk bersubsidi ini juga diakui Kasi Pupuk, Pestisida dan Alsintan Dinas Pertanian Sergai Hizaz Hasibuan. Menurutnya, pendistribusian pupuk oleh Petro Kimia Gresik dari lini II gudang Petro ke lini III (Distributor) sampai lini IV (kios pengecer) tidak berjalan maksimal sesuai alokasi yang tersedia dari Januari hingga Mei 2017.

"Alasan Petro kepada kami, bulan April - Mei 2017 pupuk dari dari pabrik (lini I) masuk ke lini II (gudang) Belawan terlambat. Tetapi pengalaman kami hampir tiap tahun seperti itu tapi yang parah tahun 2017 ini. Mudah-mudahan untuk bulan selanjutnya tidak terjadi kelangkaan," kata Hizaz.

Sementara itu, Staf Distribusi Center (DC) Medan PT PKG Nanang Transman mengatakan, saat ini stok pupuk di gudang Belawan, Tembung dan Paya Pasir Marelan per 23 Mei 2017 ada sebanyak 7.722,862 ton untuk pupuk ZA dan yang lagi intransit (akan dikirim) sebanyak 22.580 ton.

Sedangkan untuk pupuk SP-36 ada sebanyak 10.757,38 ton dan NPK Phonska 14.262,564 ton. "Sebagian pupuk ini sudah kita pasok ke gudang-gudang Petro di Sibolga, Balige, Asahan, Simalungun, Dairi, Karo, Sergai, Labuhanbatu, Padangsidimpuan dan Nias," kata Nanang.