JAKARTA - Dengan panjang jaringan yang didistribusikan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mencapai 4.742 kilometer. Perusahaan berplat merah tersebut memiliki pelanggan sebanyak 111.076 langganan.

Ratusan ribu pelanggan tersebut terdiri dari: rumah tangga sejumlah 96,9%, komersial sejumlah 1,7 %, serta industri sejumlah 1,4 %.

Angka tersebut hanyalah kuantitas dari jumlah pelanggan, sedangkan untuk volume pemakaian justru berbanding terbalik. Yang paling banyak menikmati pasokan gas dari PGN bukanlah masyarakat kecil seperti ibu-ibu rumah tangga, mbo-mbo warteg atau abang tukang bakso. Melainkan segelintir pengusaha yakni pihak indusri yang jumlahnya hanya 1,4 persen dari keseluruhan pelanggan PGN.

Bayangkan saja kelompok industri yang jumlahnya hanya 1,4 persen dari total keseluruhan pelanggan PGN menikmati total pasokan gas sebanyak 97 persen, adapun nasib si mbo-mbo warteg dan ibu-ibu rumah tangga harus bersyukur dengan sisa-sisa pasokan gas alakadarnya.

Jadi jangan heran kalau di lapangan kita sering jumpai rakyat jelata berebut gas LPG lantaran stoknya terbatas habis buat segelintir pengusaha.

"Fakta di atas memperlihatkan bahwa negara belum hadir seutuhnya untuk membantu mensejahterakan rakyat kecil," ujar Koordinator Investigasi CBA (Center for Budget Analysis), Jajang Nurjaman kepada GoNews.co, Kamis (11/05/2017) melalui pesan Whatsapp.

"Seperti yang terjadi dengan Perusahaan Gas Negara kita, selain pengelolaannya yang acak adul, sama sekali mereka tidak ada keberpihakan kepada rakyat kecil," pungkasnya. ***