MEDAN-Golongan karet dan barang dari karet menyumbang sekitar US$ 67,3 juta terhadap kenaikan nilai ekspor Sumut pada Maret 2017 sebesar US$ 831,16 juta terhadap Februari 2017 yang hanya sebesar US$ 763,86 juta. Hal itu dikatakan Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Bismark SP Sitinjak kepada wartawan di Medan.

Selain golongan karet, kata Bismark, komoditas lainnya yang mengalami kenaikan adalah tembakau sebesar US$ 12,42 juta, ikan dan udang sebesar US$ 5,65 juta. Komoditas lainnya yang mengalami kenaikan ekspor di bawah US$ 5 juta.

Sedangkan penurunan nilai ekspor terbesar terjadi pada golongan lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$ 9,54 juta, berbagai produk kimia sebesar US$ 7,25 juta, dan kopi, teh, rempah-rempah sebesar US$ 2,27 juta.

Bismark mengatakan, pencapaian nilai ekspor Sumut pada bulan Maret 2017 sebesar US$ 831,16 juta dibandingkan Februari tahun yang sama US$ 763,86 juta, adalah menunjukkan nilai kenaikan sebesar US$ 67,3 juta.

"Dan jika dibandingkan dengan bulan Maret 2017, nilai ekspor Sumut juga mengalami kenaikan sebesar US$ 266,51 juta atau 47,20 persen," katanya.

Sementara itu, ekspor ke Tiongkok pada Maret 2017 mencapai angka terbesar yaitu US$ 109,72 juta, disusul Amerika Serikat (AS) sebesar US$ 98,38 juta, dan India US$ 55,11 juta. "Kontribusi ketiga negara itu terhadap nilai ekspor Sumut berkisar 31,67 persen," kata Bismark.

Kemudian berdasarkan kelompok negara tujuan ekspor pada periode Januari-Maret 2017, kawasan Asia (di luar ASEAN), lainnya merupakan yang terbesar dengan nilai US$ 276,50 juta atau 33,27%.

Pengamaat ekonomi Vincent Wijaya mengapresiasi kenaikan nilai ekspor Sumut itu. "Ini bentuk dari adanya permintaan yang cukup menarik dari pasar luar negeri terhadap komoditas dari Indonesia khususnya Sumut," katanya.

Begitupun kata Vincent, permintaan pasar dunia masih fluktuatif. Untuk itu, kualitas produksi komoditas Sumut harus lebih ditingkatkan ke depan. "Eksportir juga harus jeli melihat peluang pasar global saat ini," tukasnya.