Gua Sarang yang terletak di kaki tebing dan perbukitan hutan lindung Pulau Weh ini dikelilingi oleh hamparan laut yang berwarna biru jernih dan pepohonan yang lebat. Tidak mengherankan jika udara di kawasan ini sangat segar, bersih dan alami.

Berjarak sekitar 28 kilometer dari pusat kota Sabang, Gua Sarang berlokasi di Gampong atau Desa Iboih, Kecamatan Sukakarya, Pulau Weh. Dari Pelabuhan Balohan, setelah menyeberang dari Pelabuhan Ulee Lheu, Banda Aceh, kita dapat menyewa kendaraan bermotor, roda dua maupun roda empat, untuk menuju ke sana.

Masih minimnya alat transportasi umum membuat masyarakat setempat membuka bisnis penyewaan kendaraan bermotor bagi para wisatawan. Yang harus diperhatikan adalah keadaan jalan yang berliku-liku dan terjal, diapit oleh jurang maupun tebing, kendati jalan menuju ke sana sudah mulus beraspal.

Untuk memasuki area Gua Sarang, kita harus membayar uang masuk Rp5 ribu per orang di pintu masuk yang terletak setelah kawasan komplek perumahan TNI-AD, Kompi Balek Gunung.

Dari sini, terdapat dua pilihan jalur untuk menuju ke Gua Sarang tempat bersarangnya burung walet dan kelelawar, yaitu jalur darat atau jalur laut.

Jika ingin mencoba jalur laut, kita harus menggunakan kapal nelayan. Teuku Ubit, tokoh pemuda yang mengembangkan wisata Gua Sarang, melengkapi usahanya menjadikan Gua Sarang sebagai tempat yang layak dikunjungi dengan menyewakan perahu bermotor untuk para wisatawan.

Perahu motor yang berkapasitas maksimal 11 orang ini dapat digunakan dengan membayar uang sewa sebesar Rp200 ribu. Teuku Ubit juga akan meminta anak laki-lakinya, Teuku Zulfikar untuk mendampingi.

Belum tersedianya dermaga untuk merapatnya perahu, membuat Teuku Zulfikar harus berenang sejauh 50 meter agar dapat menarik perahunya ke tepi pantai yang berbatu dan menolong para wisatawan naik, lalu mengarahkan perahunya, memecah ombak sembari berbelok-belok menghindari batu-batu yang tersebar di perairan itu, hingga sampai ke mulut gua.

Sementara jika ingin menuju gua dengan berjalan kaki, harus dipastikan tubuh kita dalam keadaan fit dan bugar. Karena, sekalipun akan melalui jalan setapak yang dihiasi dengan aneka pepohonan, kita juga akan bertemu dengan tebing yang curam dan terjal, bahkan di beberapa tempat akan menemui batu-batu yang berjatuhan. Namun semua kesulitan itu akan terbayar begitu sampai ke lokasi.

Pemandangan laut yang tenang, bening dan berpasir putih, serta batu-batu berbagai ukuran yang menonjol di permukaan laut, membuat perairan di sekitar Gua Sarang tampak seperti miniatur Raja Ampat. Perairan ini belakangan menjadi tempat favorit para pencinta snorkeling karena terumbu karangnya yang masih alami dan keragaman ikan-ikan di dalamnya.

Pelancong yang hendak mengabadikan pemandangan sekitar Gua Sarang dari ketinggian dapat menjajal spot foto satu ini. Ada dua pasang ayunan yang letaknya di ketinggian dengan latar gugusan pulau-pulau kecil.

Terdapat tujuh mulut gua di tempat ini, namun hanya lima gua yang dapat dimasuki, salah satunya bahkan dapat dimasuki perahu. Sehingga para pelancong dapat menikmati pemandangan di dalam gua dan sarang burung walet di dalamnya.

Dari gua-gua ini kita bisa menikmati matahari terbenam yang spektakuler. Tidak sedikit pelancong yang ingin menaiki batu-batu besar di sekitar gua, sampai ke puncaknya, agar dapat mengabadikan pemandangan indah ini.

Pulau Weh memang terus berbenah untuk mengembangkan potensi pariwisatanya, termasuk wisata Gua Sarang. Teuku Ubit yang merupakan pengelola tunggal tempat wisata ini sudah melakukan berbagai perbaikan dan penambahan sarana.

Saat ini, Teuku Ubit juga menjual makanan dan minuman, termasuk menyewakan rumahnya untuk para wisatawan yang ingin menginap. Dia juga sudah merencanakan akan membangun penginapan untuk menjaring lebih banyak wisatawan yang berkunjung ke Gua Sarang.