MEDAN – Menyusui memang bukanlah suatu penyakit yang ditangani secara medis, namun kegagalan ibu menyusui memberikan risiko yang besar terhadap kesehatan anak. Dukungan tenaga kesehatan menjadi salah satu kunci keberhasilan ibu menyusui. “Promosi ASI eksklusif wajib dilakukan oleh tenaga kesehatan. Menurut PP Nomor 33 tahun 2012 bahwasanya pemberian susu formula hanya atas indikasi medis. Jadi, tidak boleh ada di Sumatera Utara ini tenaga kesehatan yang menawarkan susu formula, karena hal itu melanggar hukum,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Agustama usai membuka seminar nasional dengan tema Peranan Tenaga Kesehatan Membantu Keberhasilan Ibu Menyusui, Sabtu (29/4/2017) di Aula RS USU Medan.

Seminar laktasi nasional ini yang diikuti sekitar 250 praktisi/tenaga kesehatan ini diisi empat pembicara seperti dr RA Dwi Pujiastuti, MKed (Neu), SpS (Ketua AIMI Sumut); Etty Sudaryati, M.K.M, Ph.D (Dosen dan Ketua Prodi S2/S3 IKM FKM USU); Mia Sutanto, SH, LL.M (Ketua Umum AIMI Pusat); dan dr. Utami Roesli, SpA, MBA, IBCLC, FABM (Sentra Laktasi Indonesia-Laktivis Senior Indonesia).

“Menyusui itu cukup kompleks bagi seorang ibu, karena melibatkan faktor fisik dan psikologis yang tidak dapat diabaikan. Kegagalan seorang ibu menyusui merupakan masalah kesehatan, sehingga tenaga kesehatan perlu dibekali ilmu yang tepat untuk mencegah hal tersebut. Di Sumatera Utara, masih minim sekali fasilitas kesehatan yang menerapkan layanan proASI. Semoga dengan adanya seminar ini, para tenaga kesehatan semakin meningkatkan dukungan dan pendampingan sejak dari masa kehamilan ibu sampai pasca melahirkan” ujar dr. RA Dwi Pujiastuti, MKed (Neu), SpS (Ketua AIMI Sumut).

Menurut RA Dwi, selain kegiatan seminar ini, secara regular AIMI Sumut juga mengadakan kelas edukasi bagi masyarakat, konseling menyusui (oleh konselor bersertifikasi), sosialisasi di kantor pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam rangka melakukan advokasi untuk mendukung keberhasilan ibu menyusui.

Sementara itu, Natalius Bago, salah satu peserta seminar yang berasal dari Kabupaten Nias menjelaskan, keikutsertaan dirinya dalam seminar tersebut bertujuan ingin mengaplikasikan ilmu yang didapatnya nanti untuk di tanah kelahirannya.

“Tantangan dan masalah menyusui yang didiskusikan pada seminar ini tepat sekali dengan apa yang pengalaman saya bekerja di masyarakat. Informasi yang saya dapatkan sangat bermanfaat dan memberikan banyak solusi untuk dapat saya terapkan," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Natalius menjelaskan, di Kepulauan Nias khususnya yang tinggal di pelosok tidak pernah menyusui anaknya.

"Kalau di sana itu, mereka langsung memberikan bubur untuk anak-anaknya. Kata mereka, dulu saja seperti itu, sehat-sehat aja kok anak-anaknya. Makanya, saya ingin memberikan informasi yang didapat ini untuk kita teruskan di sana," ungkapnya.