LIMA PULUH-Akibat diserang jamur ganoderma (penyakit busuk pangkal batang), produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit perusahaan perkebunan swasta PT Socfin Indonesia (Socfindo) Perkebunan Tanah Gambus, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara menurun.

Dari data statistik, secara umum produksi kebun Tanah Gambus dari tahun 2012-2016 mengalami penurunan yang cukup besar. Tahun 2012 misalnya, dari empat divisi, produksi TBS mencapai 22.961 kilogram (kg) per hektare. Sedangkan pada 2016, produksi menurun hingga menjadi 19.167 kg per hektare.

"Penurunan produksi tersebut salah satunya disebabkan oleh jamur ganoderma yang menyerang tanaman kelapa sawit," ungkap Manager PT Socfindo Perkebunan Tanah Gambus Frans Tambunan di Kecamatan Lima Puluh.

Frans mengatakan, ada beberapa langkah yang sudah dilakukan pihak perusahaan untuk mengantisipasi penyebaran jamur ganoderma sehingga produksi TBS kembali meningkat. Salah satunya, menjalankan program integrasi sapi sawit di mana ternak sapi yang berada di sekitar areal perkebunan dipelihara dan digemukkan melalui sistem pengandangan (intensifikasi).

"Sebab, salah satu penyebab penyebaran ganoderma adalah melalui media perantara. Spora ganoderma akan menempel di kaki dan di badan sapi sehingga penyebaran ganoderma ke tanaman kelapa sawit semakin cepat," katanya.

Dan untuk mendukung program itu, perusahaan kata Frans, telah menyiapkan bantuan kandang dan mesin pencacah rumput (coper) kepada kelompok ternak. "Saat ini ada tiga bantuan kandang dan coper yang akan diberikan kepada kelompok ternak. Kebutuhan pakan rumput hijau telah disiapkan di areal sekitar perkebunan yang dapat dimanfaatkan warga," ujarnya.

Kepala pabrik PT Socfindo Perkebunan Tanah Gambus Herman Ginting mengakui, dengan menurunnya produksi TBS sangat berpengaruh dengan produksi pabrik kelapa sawit. Awalnya, PT Socfindo Perkebunan Tanah Gambus dapat mengolah tiga produk dari TBS tersebut, yakni crude palm oil (CPO), minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil/PKO) dan pengolahan CPO menjadi minyak sawit.

Dengan terus menurunnya produksi TBS, sejak tahun 2015, membuat dua pabrik pengolahan terpaksa ditutup yakni pengolahan minyak inti kelapa sawit (PKO) dan pengolahan CPO menjadi minyak sawit. "Penutupan dua pabrik tersebut berdampak terhadap pengurangan tenaga kerja. Sebanyak 143 karyawan terpaksa dimutasi ke bagian afdeling," jelasnya.