JAKARTA - Silek dan Surau merupakan tradisi dan tempat yang telah menjadikan Sumatera Barat sebagai daerah yang melahirkan para tokoh yang bukan hanya diakui di Indonesia, bahkan internasional. Dari suraulah, para pahlawan-pahlawan Sumatera Barat ditempa dan dari tradisi silek (silat), anak-anak Sumatera Barat kala itu bermental pemberani. Kisah bagaimana Minangkabau Sumatera Barat melahirkan para tokoh besar Indonesia itu akan ditayangkan ke layar lebar dalam film ''Silek dan Surau'' yang akan hadir di layar lebar pada tanggal 27 April 2017. Film ini bercerita tentang budaya pendidikan di surau yang saat ini mulai jarang ditemui.

Menengok ke puluhan tahun lalu, banyak tokoh-tokoh penting di Indonesia yang percaya pendidikan di surau adalah pilihan terbaik untuk membentuk pola pikir mereka. Terutama bagi yang sudah menginjak remaja, di suraulah tempat mereka mengaji, berbagi ilmu, dan belajar bela diri khas minang, silek. Tokoh tersebut adalah, Muhammad Hatta, Agus Salim, Tan Malaka, Hamka, Soetan Sjahrir, M. Natsir, Usman Ismail, Chairil Anwar dan masih banyak lagi tokoh dari Minangkabau lainnya yang menorehkan sejarah.

Film berdurasi 90 menit ini adalah layar lebar pertama garapan Arif Malinmudo, mahasiswa pascasarjana jurusan Penciptaan Film ISI Surakarta. Lelaki asli Minangkabau ini ingin mengembalikan budaya nenek moyang yang mulai terkikis oleh waktu kepada generasi muda. Banyak orang menganggap budaya surau tak lagi relevan dengan kehidupan yang kian modern.

"Setiap anak-anak dahulunya akan menginap di surau. Di sana mereka akan berinteraksi antar sesama di bawah bimbingan guru. Di tempat ini berlangsunglah beberapa kegiatan yang akan membentuk karakter dan watak mereka. Namun, dewasa ini fungsi surau sudah tidak seperti dahulu, karena mengingat perkembangan teknologi, dan kurikulum sekolah juga sudah full day," ungkap Arif, saat jumpa pers di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (25/4).

Selain dari sisi budaya, di film ini Arif juga menambahkan nilai agama Islam yang kental di Minangkabau. Ia ingin memberi tahu, bahwasanya surau, silek, dan sholat tidak bisa dipisahkan. Segala sesuatu harus dilakukan atas niat yang baik dan selalu ingat kepada Tuhan.

"Saya berangkat dari tujuan tersebut. Saya mengajak khalayak, utamanya dari generasi muda untuk membaca kearifan di Minangkabau. Hal yang penting adalah Islam masuk ke daerah itu dengan cara Rahmatan Lil Alamin, tanpa menghilangkan budaya yang ada," tutur Arif.

Film ini menceritakan tentang tiga orang anak bernama Adil (Muhammad Razi), Dayat (Bima Jousant), dan Kurip (Bintang Khairafi) yang menemukan sebuah makna sesuangguhnya dari silek. Awalnya, mereka hanya mengetahui silek digunakan untuk mencari lawan, membanggakan diri, dan memenangkan turnamen. Tetapi, Johar (Yusril Katil) seorang mantan dosen dan jawara silek mengajarkan arti sesungguhnya dari silek.

Film ini sengaja dibuat untuk keluarga. Karena didalamnya terdapat nilai-nilai yang bisa dijadikan contoh. Seperti, nilai agama, kekeluargaan, persahabatan, semangat juang, dan keikhlasan. Jalan cerita yang dibuat cukup menarik, dengan bumbu lelucon yang cukup membuat penonton terhibur.

Surau dan Silek mengambil seluruh lokasi syuting di Bukittinggi, Agam, dan sekitarnya. Tak ketinggalan, hampir 90 persen film ini mengguakan bahasa Minangkabau. Keindahan alam yang dipamerkan, dan logat Minang yang kental, membuat penonton akan merasakan atmosfer Sumbar yang cukup kuat di film ini.

"Banyak yang merindukan film daerah dari Sumbar. Sengaja saya sajikan film yang menggunakan bahasa dan dialek asli Minangkabau. Kemudian, bagi penonton yang bukan berasal dari suku Minang atau daerah Sumatra Barat, mereka akan menikmati keindahan alam di Sumatra Barat yang kami suguhkan di film ini," ungkap Gilang Dirga, selaku produser dan pemain di film Surau dan Silek. ***