JAKARTA - Pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan Provinsi Aceh dan Sumatera Utara dinilai dapat meningkatkan pergerakan arus barang dan orang antar kedua provinsi.

Akademisi Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno mengatakan, jalur kereta api (KA) yang akan dibangun tersebut dapat dimanfaatkan untuk angkutan barang dan penumpang dengan moda transportasi berbasis rel. "Harapannya pergerakan orang dan barang bisa lebih lancar lagi," kata Djoko, Selasa (18/4/2017).

Dia menambahkan, pembangunan jalur KA tersebut juga dapat memunculkan pertumbuhan kegiatan-kegiatan baru masyarakat di dekat stasiun.

Masyarakat, paparnya akan memiliki alternatif moda transportasi dengan adanya pembangunan jalur kereta api antar Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara selain moda transportasi bus umum dan pesawat.

Pembangunan jalur KA yang akan menghubungkan kedua provinsi tersebut rencananya dari Sigli - Bireuen dan Lhokseumawe - Langsa - Besitang. Jalur yang memiliki panjang sekitar 417,541 km tersebut, ungkapnya akan melintasi 8 kabupaten/kota di Provinsi NAD dan satu Kabupaten di Sumatra Utara.

Dia mengungkapkan, dari total panjang jalur tersebut, sekitar 95% merupakan jalur baru sehingga perlu pembebasan lahan. Sementara jalur yang sudah ada hanya sebesar 5%. Sehingga, dia menilai pemerintah hanya cukup melakukan penertiban lahan. Adapun lahan yang disediakan selebar 50 meter, nilainya, sebenarnya bisa dibangun untuk jalur ganda atau double track.

Menurutnya, pembangunan jalur KA tersebut seharusnya tidak mengalami kendala pembebasan dan penertiban lahan lantaran jumlah lahan yang digunakan sebagai pemukimam hanya sedikit.

Dia menambahkan, sepanjang jalur tersebut juga rencananya akan dibangun 40 stasiun dengan rincian satu stasiun kelas I, satu stasiun kelas II, dan 38 stasiun kelas III. Tidak hanya itu, nantinya, dia mengungkapkan juga akan dibangun depo, rumah sinyal, dan pos jaga perlintasan. "Sepanjang jalur ini akan terbangun 8 perlintasan tidak sebidang," katanya.