JAKARTA - Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud boleh saja berada di Indonesia selama 13 hari atau hampir dua pekan, tapi investasi yang masuk tercatat hanya mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 89 triliun.

Sementara ke China, Raja Salman hanya menghabiskan waktu selama dua hari. Namun investasi yang digelontorkan ke China mencapai US$ 65 miliar atau sekitar Rp 870 triliun.

Lantas Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengakui, bahwa dirinya sedikit kecewa. Dengan sedikit bercanda, Jokowi pun mengungkit upayanya memayungi Raja Salman saat berkunjung ke Indonesia. 

Berdasarkan dokumen detikFinance, Kamis (13/3/2017), kunjungan Salman ke China menghasilkan penandatanganan kerja sama senilai US$ 65 miliar atau setara Rp 870 triliun.

Ini juga termasuk nota kesepahaman (MoU) antara perusahaan raksasa Arab Saudi, Aramco dan perusahaan China Norinco untuk pembangunn kilang di China.

Selanjutnya SABIC (Saudi Basic Industries Corp) dan Sinopec, sepakat untuk pengembangan proyek petrokimia di China dan Arab Saudi.

?Indonesia hanya mendapatkan US$ 6 miliar atau sekitar Rp 89 triliun. Meski pemerintah berharap bisa dapat investasi hingga US$ 25 miliar atau sekitar Rp 332 triliun (kurs Rp 13.300 per dolar AS) dari kunjungan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz. 

Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi sudah menandatangani 11 Memorandum of Understanding alias nota kesepahaman di berbagai bidang kemarin di Istana Bogor, Jawa Barat.

Salah satu yang nilainya paling besar adalah kerja sama antara PT Pertamina (Persero) dengan Saudi Aramco, BUMN Arab Saudi terkait Kilang Cilacap. Nilainya mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 80 triliun.

Selain itu ada MoU mengenai kontribusi pendanaan Saudi dengan pembiayaan proyek pembangunan antara Saudi Fund Development dan Pemerintah Republik Indonesia, nilainya US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13,3 triliun. ***