JAKARTA - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Budi Waseso memaparkan daerah rawan narkotika di Indonesia saat rapat kerja dengan Komisi III DPR, Selasa (11/4/2017). Menurutnya, fokus pertama BNN adalah daerah perbatasan dengan Malaysia yang saat ini menjadi daerah terindikasi darurat narkotika. ''Sebaran jaringan narkotika di kawasan daerah terindikasi darurat narkotika adalah yang pertama, daerah perbatasan dengan Malaysia, misalnya Kalimantan, Sumatera Utara, Aceh, Riau dan Kepulauan Riau,'' kata Budi di DPR, Jakarta, Selasa (11/4/2017).

Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri itu menambahkan, kerawanan narkotika juga terjadi di daerah yang mempunyai jalur transportasi dengan Malaysia. Contohnya adalah di daerah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Aceh, Sumut, Riau, Kepulauan Riau, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. "Melalui kapal perdagangan, kapal nelayan dan speedboat yang berlalu lalang," katanya.

Dalam kesempatan ini, Budi juga menerangkan kota-kota besar yang menjadi lokasi tempat beraksinya jaringan narkotika, yaitu Jakarta, Surabaya dan Medan. Selain itu menurutnya, jaringan narkotika juga terpantau beraksi di daerah-daerah wisata seperti Bali, Nusa Tenggara Barat dan Batam.

"Khususnya tempat hiburan malam dan penginapan, untuk pesta narkotika, antara pengedar dan bandar satu dengan yang lain saling terkait jaringan narkotika (yang) tersebar di berbagai wilayah," kata Budi.

Budi juga bercerita tentang jaringan narkotika internasional yang beraksi di Indonesia. Dalam catatannya, ‎jaringan narkotika internasional ini antara lain berasal dari Cina, Hongkong, Taiwan, Malaysia, Afrika Barat, Iran, Pakistan dan Australia.

''Sedangkan jaringan nasional berasal dari Aceh, Medan, Surabaya, Kalimantan Selatan, Lampung, Palembang. Jaringan lapas, (antara lain) Lapas Tangerang, Medan, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Cipinang, Cirebon dan Lampung,'' tuturnya.