MEDAN - Sumatera Utara (Sumut) menargetkan penggunaan benih padi bersertifikat sebanyak 70% di tahun 2017 ini. Meski jauh di atas penggunaan saat ini yang masih 30%, namun target tersebut diharapkan bisa terealisasi.

Sebab, ada perbedaan pada produksi dengan menggunakan benih padi bersertifikat. "Produksi padi dengan menggunakan benih padi bersertifikat bisa mencapai enam ton per hektare. Sementara produksi benih jabal hanya lima ton per hektare. Ada perbedaan satu ton. Bahkan bisa juga lebih dari satu ton. Ini yang harus dibidik petani kita," kata Ketua Asosiasi Penangkar Benih Padi Sumut Legino di Medan.

Dikatakannya, petani Sumut umumnya memang masih menggunakan benih sendiri atau benih jaringan antar lapang (jabal). Hal ini sudah merupakan kebiasaan sehingga sulit membuat petani beralih ke benih bersertifikat.

Legino menjelaskan, jika petani tidak meninggalkan benih jabal, maka akan sulit untuk menggenjot produksinya. Terlebih pihaknya juga mampu memenuhi permintaan jika petani mau beralih.

Saat ini, kebutuhan benih padi di wilayah Sumut sekitar 9.000 ton. Sementara para penangkar benih yang tergabung dalam asosiasi saja sudah bisa menghasilkan 5.000 ton per tahun. "Jadi tak perlu khawatir tidak akan mendapatkan benih," katanya.

Diakui Legino, dari pengalamannya, rata-rata petani ogah beralih ke benih bersertifikat karena masalah harga. Saat ini, harga jual benih bersertifikat sekitar Rp 10.000 hingga Rp 17.000 per kg. Tentu lebih mahal dibandingkan benih sendiri yang gratis. Namun petani tidak bisa terus mempertahankan benih jabal jika ingin menggenjot produksi.

Bagian dari upaya mencapai target 70%, menurut Legino, pihaknya sudah melakukan pembinaan terhadap sejumlah petani penangkar di Sumut. Dengan begitu, jumlahnya akan terus bertambah dari saat ini yang sudah sebanyak 78 penangkar dari 34 daerah di Sumut.

"Jika penangkar benih bersertifikat lebih banyak, maka kita harapkan dia akan bisa menggiring petani di daerahnya untuk meninggalkan benih jabal. Benih yang ditangkar juga akan disesuaikan dengan varietas yang sudah adaptasi di daerah tersebut. Itu akan menjadi daya tarik bagi petani," kata Legino.