LANGKAT-Karet kembali mencatatkan kinerja "jelek" selama bulan Maret 2017. Meski di tingkat petani harganya masih di level Rp10.000 per kg, namun ada kecenderungan menurun dibandingkan sebelumnya masih Rp10.500 hingga Rp12.000 per kg. Karena itu, petani pun menunda melakukan pemupukan setelah absen selama tiga tahun.

"Hasil timbangan terakhir pekan lalu, harga karet masih Rp 10.000 per kg. Itu di petani. Di pabrik sekitar Rp 23.000-an per kg. Sekarang, kami dengar di pabrik justru sudah Rp 21.000-an per kg. Itu artinya, petani mungkin saja akan dapat di bawah Rp 10.000 per kg. Karena baru besok kami menimbang karet lagi," kata Suparno, petani karet di Kabupaten Langkat.

Bagi petani, melakukan pemupukan tanaman karet memang sudah mendesak. Karena setelah absen sejak tiga tahun lalu, produksinya menyusut sekitar 20-25%. Kerugian petani pun semakin banyak. Terlebih lagi, dibandingkan produksi karet yang diusahakan perusahaan perkebunan, karet petani memang lebih rendah.

Hal itu karena petani menggunakan bibit karet alam sedangkan perusahaan perkebunan menggunakan bibit okulasi.

Suparno mengatakan, harga karet sempat tembus di atas Rp 10.000 per kg pada awal tahun. Bahkan sempat Rp 12.800 per kg pada pekan kedua bulan Februari. Namun sejak awal Maret 2017, harganya kembali berada di tren yang jelek.

Harga ideal karet saat ini sebenarnya ada di level Rp 10.000 per kg. Itu setelah menghitung biaya hidup terutama harga-harga bahan pokok. Tapi setelah hampir empat tahun harganya terpuruk, banyak yang harus ditutupi petani. "Jadi memupuk masih menunggu harga naik lagi," kata Suparno.

Melihat tren harga karet yang selalu merugikan, petani mengharapkan pemerintah membuat harga patokan. Dengan begitu, harga di tingkat petani akan tetap terjaga saat harga jatuh terutama jika disebabkan faktor global.

Selain itu, petani juga mengharapkan ada bantuan pupuk. Dengan begitu, petani akan terbantu untuk menaikkan produksi karetnya.

Sementara itu, karet dunia juga mengalami gejolak. Saat ini harganya hanya 267 yen per kg. Pergerakan harga karet yang melemah akibat tren penguatan mata uang yen Jepang dan hari ini masih menguat di kisaran 110 per dolar AS.

"Pelemahan karet dunia tentu saja akan mempengaruhi harga yang diterima petani kita. Kemungkinan ada penurunan memang cukup terlihat jika mengacu pada tren mata uang Yen saat ini," kata pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin.