MEDAN - Gangguan bipolar pada sebagian orang dapat menyebabkan bunuh diri. Hal itu disebabkan penderita gangguan ini akan mengalami suasana perasaan yang sangat ekstrem.

Gangguan bipolar, sebut Dr dr Elmeida Effendy MKed SpKJ (K), sama dengan gangguan mental lainnya dan sering dianggap kurang penting. Sehingga diagnosis awal dan penatalaksanaannya sering sekali terlambat.

Gangguan bipolar terbagi dalam dua, yaitu bipolar tipe I dan tipe II berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 5 (DSM 5).

Bipolar tipe I, kata dia, merupakan yang paling umum. Penderita akan mengalami episode manik dan depresi secara bergantian. Umumnya sering mengalami kegembiraan yang berujung pada tindak berbahaya.

"Kondisi ini sering mengganggu kehidupan kerja dan hubungan penderita. Berisiko tinggi mengalami masalah penyalahgunaan zat. Tingkat bunuh dirinya juga mencapai 10 persen hingga 15 persen," jelas Elmeida, Rabu (29/3/2017), di Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU).

Sedangkan, pada gangguan bipolar tipe II, penderita akan mengalami episode depresi dan hipomanik. Di episode ini, depresinya sangat menonjol dan terkadang episode hipomaniknya luput dari perhatian.

Kondisi pada penderita tipe ini, sambungnya, dapat menyebabkan rusaknya hubungan interpersonal, rendahnya motivasi dan produktivitas di tempat kerja dan paling membahayakan melakukan tindakan bunuh diri.

"Kurang lebih 50 persen penderita bipolar mengalami ketergantungan pada zat adiktif. Mereka juga kehilangan kontak dengan realita. Kondisi ini terjadi selama episode manik ekstrem maupun depresi berat," jelasnya.

Ia menyampaikan, kondisi yang dialami ditunjukkan sebagai ego berbahaya maupun rasa bersalah yang tidak sebanding dengan peristiwa nyata. Penderita bipolar dapat mengalami delusi dan halusinasi.

"Bagaimana cara mengenali gangguan bipolar? Perhatikan perubahan suasana perasaan. Pahami bahwa gangguan bipolar tidak serta merta membuat seseorang tidak mampu beraktivitas dengan normal," terangnya.

Menurutnya, sebagian penderita mungkin mengalami kesulitan dalam bekerja dan belajar di sekolah. Namun, penderita lainnya bisa beraktivitas dengan baik dalam kegiatan sehari-hari.

"Bipolar membawa dampak yang merugikan bagi penderita, keluarga dan masyarakat sekitar. Mungkin salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman tentang gangguan ini sehingga dukungan dan bantuan awal terhadap bipolar masih belum banyak," pungkasnya.