SERDANG BEDAGAI – Lain lubuk lain pula ikannya. Mungkin penggalan peribahasa ini yang menggambarkan cerita wanita penghibur di warung remang di pelosok desa dengan warung remang di sekitar Jalinsum di Desa Sei Bamban, Serdang Bedagai (Sergai).

Seperti diceritakan Ti (31) dan Sa (30) yang bekerja di warung remang pelosok desa. Di 'lokalisasi' ini tak sepeserpun mereka mendapatkan uang tip dari pemilik warung, melainkan dari pengunjung yang mereka temani minum. Namun wanita-wanita penghibur di warung lebih mewah di sekitar Jalinsum tetap mendapatkan uang tip dari pemilik warung melalui jumlah botol yang diminum pengunjung.

Kru GoSumut pun mencoba menelusuri geliat malam di beberapa warung remang di sekitar Jalinsum, tepatnya di areal bekas tanah milik PTPN III Kebun Rambutan yang kini dikuasi warga.

Di lokasi ini, di siang hari pemilik warung hanya menyediakan makanan saja. Namun jika langit telah gelap, tempat ini seketika 'disulap'. Persis di belakang warung tersebut sudah tersedia tempat untuk para hidung belang menenggak minuman keras dengan pelayan berpakaian seksi, berdandan menor, layaknya pemain Jaran Kepang.

Tak hanya itu, di warung tersebut turut diputar lagu house musik layaknya diskotek hingga dini hari, sehingga setiap pengendara yang melintas di daerah perkebunan sawit itu akan terkejut mendengar dentuman suara musik yang memekakkan telinga.

Lampu warna-warni menyambut pengunjung ketika masuk ke dalam salah satu warung-remang. Tak ketinggalan pula wanita berpakaian seksi siap sedia menyembut tamu dan menyodorkan minuman.

"Mau kemana, Bang? Enggak minum dulu, kalau mau minum biar saya temani,” ujar wanita itu dengan lembut dan senyum menggoda.

Itulah sambutan ramah penuh ceria dilontarkan para wanita penghibur agar pengunjung terpedaya dan betah duduk di warung tempat mereka bekerja.

Ya (21), salah satu pekerja di sana dan mengaku warga Belawan ini mengungkapkan, baru beberapa minggu bekerja di warung remang. Sejak menjanda, dirinya sudah malang melintang berpindah-pindah warung untuk mencari uang demi anaknya yang masih kecil.

"Baru aja di sini. (Kalau) gaji tip dari botol, biasanya (mangkal) di kafe Marindal, dan di Belawan," ujarnya.

Menurut Ya, selain melayani tamu, dirinya juga siap dibawa untuk short time. Baik ke hotel yang tidak jauh dari lokasi warung tempat dia bekerja, atau pun di kamar pribadinya.

"Kalau ke hotel harus tengah malam, (tapi) kalau di kamar hanya bayar kamar (saja), murah," papar Ya.

Diakuinya, sejak menjanda 2 tahun dirinya sudah 30 kali putus cinta dengan pria. Namun semuanya hanyalah buaya darat yang senang mencicipi tubuhnya saja. Setelah merengkuh kenikmatan, semuanya pun pergi begitu saja.

"Mereka habis mencicipi tubuhku langsung meninggalkan aku. Daripada tubuhku dicicipi gratis, lebih baik kujual,” ujarnya. (bersambung)