MEDAN - Terungkapnya sejumlah jaringan narkoba dalam beberapa bulan terakhir di Kota Medan, baik oleh petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Tim Ditnarkoba Mabes Polri membuat ibukota Sumatera Utara ini seakan menjadi sasaran empuk lokasi peredaran barang haram tersebut.

Sebab beberapa kasus yang berhasil terungkap, ditemukan barang bukti narkotika dalam jumlah yang tidak sedikit.

Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumut, Brigjen Andi Loedianto mengatakan lokasi Kota Medan yang sangat strategis dan berdekatan dengan Malaysia, membuat daerah ini rawan menjadi pintu masuk peredaran narkoba.

"Lokasi yang strategis karena berbatasan dengan Malaysia, dan juga Aceh yang terkenal dengan masalah ganjanya membuat Medan jadi kota potensial tujuan peredaran narkoba ataupun sekedar tempat transit saja," kata Andi via sambungan.

Umumnya narkoba diselundupkan melalui pelabuhan-pelabuhan tidak resmi yang minim penjagaan. Selain itu, maraknya pengungkapan kasus narkoba di Medan mengindikasikan masih banyaknya konsumen akan barang haram itu.

"80 persen narkoba masuk ke Indonesia melalui jalur tikus. Karena banyaknya pemesan di Medan, maka bermunculan bandar yang akan memasok narkotika," jelasnya.

Sementara itu, pengungkapan kasus teranyar jaringan narkoba internasional (Malaysia-Aceh Tamiang-Jakarta) oleh Mabes Polri terjadi di kawasan Pondok Surya, Kecamatan Medan Helvetia.

Seorang warga setempat bernama Husni akhirnya tewas tertembak karena melawan petugas ketika polisi melakukan pengembangan.

Husni diketahui merupakan otak dari jaringan yang awalnya terungkap di depan mal Cijantung Jakarta Timur dengan barang bukti 6,5 kilogrm sabu, 19 butir ekstasi dan 50 ribu happy five.