JAKARTA - Belakangan muncul pengakuan atlet beberapa cabang olahraga pelatnas kalau uang saku terlambat. Kemenpora membeberkan beberapa alasan sekaligus mengimbau agar atlet bersabar.

Persoalan uang saku untuk atlet pelatnas terlambat di awal tahun seperti menjadi tradisi yang dibiarkan begitu saja. Seperti tahun ini, saat menteri pemuda dan olahraga masih sama, juga Ketua Satuan Pelaksana (Satlak) Program Indonesia Emas (Prima) belum berganti.

Artinya, pelatnas masih di bawah orang-orang yang sama. Bahkan, staf khusus olahraga diduduki oleh Taufik Hidayat yang merupakan mantan atlet.

Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot S. Dewabroto mengakui situasi itu. Dia mengatakan restrukturisasi Satuan Kerja di Kuasa Pemegang Anggaran (Satker KPA) menjadi penyebab utama keterlambatan uang saku itu.

"Memang ada keluhan bahwa uang saku atlet belum turun. Ada pemecahan Satker KPA. Istilahnya, restrukturisasi Satker Keuangan. Tadinya, KPA itu hanya satu sekarang jadi 6+1. Satu itu adalah Satker INASGOC (panitia penyelenggara Asian Games)," kata Gatot saat dihubungi detikSport, pada Rabu (22/3/2017).

Tak hanya atlet yang belum menerima gaji karena keterlambatan itu. Kabarnya para pegawai Satlak Prima juga mendapatkan kendala serupa.

Selain berimbas pencairan dana kepada Satlak Prima, keterlambatan gaji itu juga dialami jajaran Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Selain itu, menurut Gatot, keterlambatan gaji muncul karena adanya penurunan Standar Biaya Masukan Lainnya (SBML), honorarium prima, dan kemenpora.

"Kami harus menunggu itu, karena SBML di manajemen Prima itu turunnya signifikan sekali, yaitu 30-40 persen dari seharusnya. Sehingga, kami masih harus merevisi lagi. Tetapi, tidak mungkin Kasatlak Prima Achmad Soetjipto langsung memohon untuk dinaikkan ke Kemenkeu," ujar dia.

"Karenanya, Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) diminta untuk me-review Prima terkait dua hal. Pertama, soal untuk menaikkan anggaran SMBL atau minimal mengembalikan ke anggaran sebelumnya. Yang satu lagi, adalah menaikkan anggaran Prima 2017 dari sebelumnya Rp 500 miliar menjadi Rp 680 miliar sekian," jelas Gatot.

"Jadi, memang dibutuhkan kesabaran sedikit bagi para atlet dan seharusnya Prima berkoordinasi dengan Pengurus Besar/Pengurus Pusat cabor terkait hal ini," imbuhnya.

"Tetapi kabar baiknya adalah dari SK Menkeu per 13 Maret kepada Menpora Imam Nahrawi, bahwa ada kenaikan honor atlet dari sebelumnya. Tetapi memang harus sabar sedikit, karena kalau sudah dikirim tetapi ujungnya jadi temuan? jadi lebih baik menunggu revisinya," jelas dia.***