MEDAN - Umat Hindu Kuil Sri Mariamman Sunggal merayakan ritual hari besar Agama Hindu di bulan Pangguni Mahai Pujai di Kuil Sri Mariamman Sunggal, Jalan Tapian Nauli, Pasar III Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kelurahan Sunggal.

Pandita Jainu (31), mengatakan, tujuan upacara Pangguni Maha Pujai dilakukan sebagai acara khusus bersykur serta meminta petunjuk kepada Tuhan Maha Pencipta.

Menurutnya, makna upacara Pangguni Pujai sebenarnya, dilakukan untuk arak-arakan Kepada dewa Muruga. Akan tetapi, dilakukan untuk Dewi Mariaman (Amman) dengan membawa Karagam dari sungai (Gangga), ke Kuil.

Dewi Mariaman sendiri dilambangkan sebagai Ibu Jaganmatha, atas rupanya dalam berbagai wujud. Baik menjadi Dewi Durga, Dewi Laksmi, dan Dewi Saraswati. Pandita yang masih berusia muda ini menuturkan, adapun sesajian yang dipersembahkan berupa bunga, nasi manis, dan buah-buahan. Buah dan makanan persembahan, disebut sakral shatho (nasi manis tambah kacang hijau).

Buah dilambangkan sebagai makanan yang disucikan untuk pemberian kepada Dewi oleh umatnya. Sebagaimana buah merupakan makanan suci dengan rasa yang begitu alami. Sedangkan bunga dipersembahkan kepada Dewi Amman sebagai rasa cinta kasih kepada seorang ibu (Amman).

Karena ibu identik dengan lambang dari tanaman yang disucikan, dan keindahannya yang diberikan sebagai rasa cinta kasih. Pria berjambang lebat ini juga menjelaskan, Pangguni Maha Pujai merupakan salah satu peringatan hari besar Agama Hindu menurut perhitungan penanggalan Kalender Agama Hindu.

"Acara ini merupakan salah satu Hari besar menueu penaggalan kalender Agama HinduSl sesuai dengan perhitungan bulan di India, dan bisa bergeser. Artinya tidak mengikuti kalender masehi,"ujarnya lagi.

Melalui upacara keagamaan ini, Pandita yang melayani di Kuil Sri Mariamman berharap agar Umat Hindu diberkahi Tuhan. Diberikan kesehatan, kesejahteraan, kebaikan, kemakmuran, kebahagiaan.
Amatan Tribun, para umat melakukan sembahyang di Kuil, lalu mengambil air dari sungai, kemudian membawanya ke dalam Kuil untuk mempersuci Kuil. Mereka terdiri dari semua usia, baik tua, muda maupun anak-anak.

Ritual membawa air ini juga menunjukkan rasa syukur kepada Ida Shangyang Widiwasa. Kata Pandita Jainu berbadan tegap itu, ritual tersebut diikuti sekitar 500 orang umat Hindu.