JAKARTA - Ketegangan yang terjadi antara Malaysia dan Korea Utara menimbulkan rasa was-was bagi warga negeri Jiran. Di tengah suasana tegang, seorang raja dukun justru mengaku berhasil menyelamatkan negara itu dari serangan nuklir Korea Utara.

Dilansir harian The Star, Minggu (19/3), pengakuan raja dukun itu membuatnya jadi pusat perhatian, bahkan bahan pergunjingan banyak orang.

Namun, pria bernama Ibrahim Mat Zin, dengan mimik serius, mengaku sudah melindungi negaranya selama tujuh dekade, jauh sebelum kemerdekaan Malaysia.

"Saya tidak butuh uang. Saya berdoa untuk memagari Malaysia," aku lelaki yang kini berusia 86 tahun itu dalam wawancaranya dengan The Sunday Times.

Namanya menjadi dikenal banyak orang ketika melakukan ritual nyeleneh saat hilangnya pesawat Malaysia Airline pada Maret 2014 lalu.

Saat mencari jejak pesawat dengan nomor penerbangan MH370 itu, dia memakai teleskop yang terbuat dari bambu dan mengayunkan kelapa di sekelilingnya."Kita tidak punya senjata modern seperti Korea (Utara). Jika kita sampai perang bersenjata, kita akan kalah. Tapi kita menggunakan metode kuno untuk memagari udara, bumi dan air, sehingga rudal itu akan gagal dan tidak mencapai Malaysia," jelasnya.

Aksi supernatural sang raja dukun ini dikecam rakyat Malaysia dan ilmuwan Muslim, yang menyebut metodenya sangat haram dan melanggar hukum Islam.

Namun dia membela diri caranya tersebut sejalan dengan Islam.Dia mencontohkan karya penyembuh iman Melayu lainnya dan ahli pengobatan selama beberapa dekade, dan mengklaim banyak pejabat pemerintah, termasuk dua perdana menteri pertama Malaysia pernah meminta bantuannya.

Tetapi dia menolak menyebut para pejabat yang memintanya bantuan untuk mengungkap misteri hilangnya MH370 atau ketegangan dengan Korea Utara setelah terbunuhnya Kim Jong-nam.

Terkait pesawat yang hilang itu, Ibrahim menyatakan, "Pesawat itu berada di dunia paralel. Mereka akan hilang selama 25 tahun sebelum akhirnya kembali, tetapi orang di dalamnya tetap hidup karena perbedaan udara, sebulan sama halnya dengan sehari bagi mereka." ***