MEDAN - Sumatera Utara (Sumut) telah merealisasikan target tanam jagung untuk periode Oktober 2016 hingga Maret 2017 berkisar 92%. Data yang terhimpun per 13 Maret 2017 menunjukkan, realisasi tanam mencapai 151.772 hektare dari target 163.743 hektare.

Data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut, dari realisasi 92%, pertanaman jagung terluas di Kabupaten Karo seluas 33.088 hektare. Realisasi ini sekitar 66,32% dari total target seluas 49.890 hektare. Kemudian Kabupaten Simalungun seluas 25.477 hektare (67,06%) dari target 37.918 hektare dan Deliserdang seluas 23.250 hektare dari rencana tanam hanya 9.906 hektare. Sementara kabupaten/kota lain juga mencatatkan pencapaian yang di atas 100% meski dengan areal yang tidak terlalu luas.

"Realisasi target tanam jagung bisa dikatakan hampir mencapai target. Dan tiga kabupaten ini merealisasikan target tanam tertinggi. Bahkan Deliserdang mencapai 234,74 persen. Sangat jauh di atas target," kata Kepala Sub Bagian Program Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut Marino di Medan.

Pencapaian target ini, kata Marino, karena dilakukan beberapa upaya untuk mencapaianya. Sebagai target swasembada, jagung masuk dalam program upaya khusus (upsus) bersama padi, kedelai, cabai dan bawang merah.

Upaya yang dilakukan kabupaten/kota untuk mencapai target adalah melakukan percepatan tanam pada lahan dengan ketersediaan air yang cukup dan segera menanamnya kembali jika sudah panen.

Selain itu, kabupaten/kota juga harus memaksimalkan atau meningkatkan pembinaan kepada mantri tani, penyuluh pertanian dan mantri statistik dalam melakukan pendampingan kelompok tani, pencatatan tanam dan panen di lapangan.

"'Kabupaten/kota diminta rutin memberikan laporan sehingga diketahui apa saja kendala di lapangan. Dengan begitu, target akan tercapai," katanya.

Pengamat pertanian Sumut Syahri Syawal Harahap mengatakan, pencapaian target pertanaman jagung memang harus memperhatikan banyak faktor termasuk musim. Apalagi tanaman jagung sangat mengandalkan air hujan untuk meningkatkan hasil tanamnya sehingga perlu diperhatikan soal irigasi. Karena jika gagal, bukan hanya target produksi yang tidak tercapai tapi petani pun akan rugi besar.

"Kalau untuk musim hujan seperti saat ini, mungkin menguntungkan. Tapi karena musim tanam jagung juga kerap terjadwal pada musim kemarau, maka persoalan irigasi menjadi agenda penting untuk dicari penyelesaiannya," sebutnya.