MEDAN - Kasus tangkap lepas yang dilakukan Polrestabes Medan terhadap Siwaji Raja alias Raja Kalimas orang yang disebut penyidik sebagai otak pelaku penembakan yang menyebabkan tewasnya Indra Gunawan alias Kuna, melunturkan kepercayaan publik terhadap jajaran kepolisian.

Akademisi Sosial Politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Shohibul Anshor Siregar mengatakan, kepercayaan publik kepada polisi akan merosot. Kemungkinan itu bisa saja terjadi.

Dia menilai, kepercayaan itu bisa merosot berdasarkan beberapa aspek.

"Pertama, soal profesionalitas. Bagaimana jika Siwaji Raja melakukan upaya hukum lagi dan menang lagi, berapa banyak lagi novum yang dimiliki untuk mencapai tujuan Siwaji Raja wajib masuk penjara?," tanya staf ahli rektor UMSU ini kepada GoSumut, Kamis (16/3/2017).

Kedua, sebut mantan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD-IMM) Sumatera Utaraini, kemungkinan merosotnya kepercayaan publik itu bisa saja akibat dikabulkannya Pra-Pradilan yang diajukan Siwaji melalui kuasa hukumnya oleh majelis hakim.

"Jadi, dikabulkannya Pra-Peradilan oleh majelis hakim menandakan polisi tidak profesional mengajukan bukti-bukti keterlibatan Siwaji," jelas koordinator umum Basis Sosial Inisiatif & Swadaya ('nBasis) ini.

Selain itu, alumni Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini menerangkan, kasus ini juga tidak sederhana.
"Eksekutor ditangkap. Sudah diikat tangannya ke belakang. Tapi belakangan dia meninggal. Ada missing link di sini, dan keluarganya tentu saja tidak bisa menerima perlakuan itu," terang Shohibul.

Siwaji Raja, ungkap Shohibul, bisa bebas karena upaya hukum yang normal.

"Jika polisi kemudian menangkapnya kembali atas dasar apa yang mereka sebut 'novum', rakyat pasti menerima saja meski bertanya-tanya," tambahnya.