YOGYAKARTA - Memelihara, menjaga dan membersihkan masjid lazimnya dilakukan oleh marbot maupun takmir masjid. Namun di Yogyakarta, ada sekelompok pemuda yang dengan rela membersihkan masjid tanpa mau dibayar dan sukarela.

Sekelompok pemuda yang menamakan dirinya sebagai Komunitas Bersih Bersih Masjid (BBM) ini rutin berkeliling untuk membersihkan masjid maupun musala. Setiap hari Minggu, puluhan pemuda ini akan mendatangi masjid yang meminta untuk dibersihkan.

Ketua komunitas BBM, Rusdianto mengatakan, komunitas itu berdiri pada awal April 2016 lalu. Pembentukan komunitas ini, sambung Rusdianto, berawal dari para pemuda yang biasanya nongkrong dan berkegiatan di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta.

"Di Masjid Jogokariyan ada program namanya bersih-bersih masjid. Melihat program itu kami terinspirasi untuk menularkannya ke masjid-masjid di sekitar DIY lainnya," ucap Rusdianto, Minggu (12/3).

Rusdianto menuturkan, setelah ide muncul, kemudian para pegiat komunitas BBM ini mencoba mencari donatur untuk membeli alat-alat yang digunakan untuk membersihkan masjid. Dari donatur, akhirnya mereka mendapatkan bantuan alat kebersihan berupa penyedot debu hingga genset.

Meskipun sudah berdiri dan berkegiatan hampir selama satu tahun, langkah komunitas BBM untuk membersihkan masjid maupun musala tak selamanya berjalan mulus. Beberapa kali niat baik komunitas BBM ini mendapat penolakan dari takmir masjid tertentu.

"Kami belum ngomong saja kami sudah ditolak dan didiskreditkan. Kami dianggap aliran tertentulah. Padahal kami cuma mau bersih-bersih saja. Gak ada niat lainnya," ungkap Rusdianto ketika sedang membersihkan Mushola At Taubah di daerah Bausasran, Danurejan, Kota Yogyakarta.

Rusdianto menceritakan, pernah komunitas BBM sudah deal untuk membersihkan sebuah masjid di daerah tertentu. Takmir awalnya sudah mengizinkan datang untuk membersihkan masjid itu.

"Pas kami mau berangkat ke masjid itu, tiba-tiba ditelepon oleh takmir. Takmir itu bilang bahwa kesepakatan membersihkan masjid dibatalkan. Kami dianggap atau dikira dari aliran tertentu," papar Rusdianto.

Menurut Rusdianto, penolakan yang sempat terjadi justru membuat komunitas BBM makin bersemangat. Sebab, urai Rusdianto, niat dari komunitas BBM adalah tulus hanya ingin bersih-bersih masjid saja.

"Kami itu merasa bahwa ilmu kami itu belumlah cukup. Makanya kami hanya bisa ikut membersihkan masjid atau musala saja. Kami bisanya baru segini dulu. Yang penting apa yang bisa kami lakukan ya kami lakukan," jelas Rusdianto.

Selama hampir satu tahun Komunitas BBM berdiri sudah lebih dari 50 masjid maupun musala yang dibersihkan. Meskipun demikian, Rusdianto justru merasa prihatin. Sebab dari 50 masjid, hanya sekitar 10 persen pemuda sekitar dan takmir yang membersihkan masjid secara bersama-sama dan punya jadwal rutin.

"Selain membersihkan masjid kami juga mendorong agar para pemuda di sekitar masjid dan takmir untuk aktif membersihkan masjid. Supaya kalau masjidnya bersih, jemaah juga nyaman dalam beribadah," tutupnya. (mdk)