JAKARTA - Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan pertama dapat menurunkan potensi pneumonia pada anak. Hal ini dikemukakan oleh Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Pimpinan Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Nastiti Kaswandani.

"Pemberian ASI eksklusif bisa menurunkan risiko pneumonia 15-23 persen pada anak," kata Nastiti dalam Forum Ngobrol Bersama Sahabat (Ngobras) bertema "Langkah Positif Eradikasi Pneumonia di Indonesia", di Jakarta.

Selain pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama, imunisasi vaksin Haemophilus Influenzae type B (HiB) dan Pneumococcal juga menurunkan risiko pneumonia hingga 49 persen pada anak.

Nastiti mengatakan pneumonia adalah radang paru-paru yang disebabkan infeksi oleh kuman. Kondisi udara yang bersih dan baik di dalam rumah menjadi salah satu syarat untuk menurunkan potensi risiko pneumonia pada anak.

"Penggunaan bahan bakar untuk memasak yang bersih dan ramah lingkungan juga menurunkan risiko hingga 50 persen pada anak," tuturnya.

Menurut Nastiti, pneumonia adalah pembunuh utama anak di bawah usia lima tahun (balita). Pada tahun 2015, kematian balita di seluruh dunia mencapai 5,9 juta kasus. Kematian yang akibat pneumonia mencapai 16 persen.

Indonesia pada tahun 2015, kata Nastiti, adalah satu dari 10 negara dengan angka kematian balita tertinggi, yaitu mencapai kisaran 147 ribu. Dari seluruh kematian balita tersebut, 17 persen disebabkan pneumonia.

"Di Indonesia, setiap jam terdapat 2-3 balita yang meninggal karena pneumonia," ujarnya.

Untuk mencegah balita terinfeksi pneumonia, Nastiti menyarankan dua hal, yaitu upaya perlindungan dan pencegahan. Upaya perlindungan dilakukan dengan menciptakan lingkungan hidup yang sehat bagi balita.

Lingkungan hidup sehat bagi balita meliputi ASI eksklusif selama 6 bulan, pencegahan bayi berat lahir rendah, pemberian nutrisi adekuat, menghindari polusi di dalam dan luar rumah serta cuci tangan enam langkah.

Adapun upaya pencegahan agar balita terhindar dari pneumonia dilakukan dengan imunisasi lengkap, pencegahan HIV, pemberian profilaksis kotrimoksazol pada HIV dan pemberian zinc pada kasus diare.***