MEDAN - Terkait indeks nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) Sumatera Utara (Sumut) pada Februari 2017, turun berkisar 0,98% menjadi 107,51 dari bulan Januari sebesar 108,57. Penurunan NTUP ini dipicu oleh rendahnya serapan pasar terhadap barang yang diproduksi usaha rumah tangga pertanian.

Sementara itu, Pengamat ekonomi Gunawan Benjamin mengatakan, NTUP Sumut diyakini bisa jauh lebih tinggi jika pemerintah bisa memberikan subsidi lebih besar lagi ke petani dan mampu untuk menyerap barang-barang pertanian dengan menaikkan harganya.

"Itu akan menjadi indikator penting dan bisa membuat angka indeksnya lebih tinggi dari saat ini," katanya.

Sejauh ini, indeks NTUP yang berada di atas 100 menunjukkan bahwa petani Sumut masih melakukan aktifitasnya sebagai petani dengan baik. Begitupun, penurunan yang terjadi harus diwaspadai sehingga tidak berlanjut di bulan berikutnya.

Gunawan mengatakan, sudah saatnya memang pemerintah bisa mengendalikan harga jual agar lebih memihak kepada petani.

Karena disaat harga komoditas pertanian turun, petani juga melakukan penyesuaian pada biaya produksinya. Artinya, nilai keekonomian yang didapat petani dikendalikan agar mereka tidak merugi.

Itu bisa berpengaruh pada sisi kuantitas dan kualitasnya. Tapi mereka akan tetap mengupayakan bagaimana supaya bisa mendapatkan nilai keekonomian di atas break even point (indeks di level 100).

"Tentu bagus karena indeksnya masih di atas 100. Namun upaya untuk mengereknya harus tetap digulirkan terutama oleh pemerintah. Sehingga indeks itu betul-betul mewakili keadaan sebenarnya petani. Bukan sekadar angka," pungkas Gunawan.