JAKARTA - Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar tengah bergolak jelang putaran kedua Pilkada DKI Jakarta. Setidaknya, dua tokoh di internal partai berlambang pohon beringin itu memiliki pandangan berbeda atas sikap resmi partai yang mengusung pasangan calon Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat pada Pilkada DKI.

Penolakan itu datang dari Ketua Departemen Bidang Energi dan Energi Terbarukan DPP Golkar Dedy Arianto. Sikap Dedy bahkan lebih tegas ketimbang Wakil Ketua Dewan Pakar DPP Golkar Siti Hediati Harijadi.

Dedy berani mengambil sikap mundur dari kepengurusan karena sarannya tak didengar DPP Golkar. Sementara Siti Hediati atau yang akrab disapa dengan panggilan Titiek Soeharto baru membuka wacana secara pribadi mendukung pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Menurut Dedy, ada beberapa alasan sehingga dirinya berseberangan dengan DPP Partai Golkar. Antara lain karena Ahok -panggilan akrab Basuki T Purnama- telah melukai perasaan umat Islam.

"Ini bicara keyakinan. Kalau saya bertahan di kepengurusan, artinya masuk dalam golongan mereka. Itu menurut keyakinan yang saya yakini, artinya saya pindah agama. Jadi saya tak bisa," ujar Dedy dalam pesan elektroniknya, Senin (6/3/2017) malam seperti dilansir jpnn.com.

Menurut Dedy, dirinya tak sendiri. Sejumlah kader Golkar lain sebelumnya juga ikut meminta DPP mempertimbangkan keputusan mengusung Ahok-Djarot.

Tapi, hanya Dedy yang siap mundur. Meski demikian Dedy akan tetap menjadi kader Golkar selama DPP tidak mencabut kartu keanggotaannya.

"Pengurus cuma saya yang berani mengundurkan diri. Sebenarnya ada pengurus lain, tapi memilih lebih baik diam. Menurut saya itu sah-sah saja," ucap Dedy.(jpnn)