JAKARTA - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) kembali mendukung hasil karya anak bangsa. Kementerian di bawah komando Arief Yahya itu mendorong film berjudul Trinity: The Nekad Traveler (TTNT) untuk menjadi media promosi destinasi wisata Lampung.

Hal tersebut diungkapkan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti saat menghadiri acara Bedah Film dengan tema Media Film Sebagai Alat Promosi Pariwisata yang digelar di Aula Pasca Sarjana, Lampung, 4 Maret 2016.

TTNT mengambil latar di Lampung. Kata Esthy, film ini diharapkan lebih dikenal di kalangan traveler dan mampu mendongkrak kunjungan di destinasi wisata yang disajikan. Di antaranya Taman Nasional Way Kambas, Gigi Hiu Pegadungan, dan Gunung Anak Krakatau. Lampung boleh berbangga karena dipilih sebagai latar film tersebut.

Wanita berhijab itu menilai bahwa langkah ini harus diapresiasi. "Apresiasi sekali kepada teman-teman kru dan cast TTNT. Karena kita tidak bisa bekerja sendiri untuk mengembangkan potensi pariwisata daerah. film merupakan salah satu media yang tepat untuk berpromosi," katanya.

Esthy menambahkan, setidaknya ada empat jalur yang dapat mengangkat pariwisata Indonesia yang dilakukan bersama-sama. Konsep ini dikenal ABCG (academic, bussiness, community, dan government).

"Kita kenal di kementerian itu pengembangan wisata diperlukan peran akademisi, kalangan business, community seperti menggaet traveler blog komunitas film dan lainnya. Dua yang terakhir adalah goverment lewat kebijakan dan rekan media sebagai ujung tombak," lanjut dia.

Esthy yakin film ini akan memberi dampak serius pada pengembangan potensi wisata Lampung. Hal ini seperti sempat disampaikan produser film "Trinity: The Nekad Traveler", Agung Saputra, saat bersilaturahmi ke Kementerian Pariwisata dan pemerintah derah sebelum menggarap film ini.

"Mas Agung saat silaturahmi dan izin, punya misi yang luar biasa. Beliau rupanya ingin mengenalkan potensi daerahnya. Dan, ini kita dukung penuh tentunya," tegas Esthy.

Cerita berawal dari Trinity (Maudy Ayunda), seorang pekerja kantoran yang hobi traveling sejak kecil. Namun, hobinya sering terbentur dengan jatah cuti kantor dan duit yang pas-pasan. Trinity pun mengalami dilema antara fokus pada pekerjaan atau menekuni hobi traveling. Belum lagi masalah kisah cintanya dengan Paul (Hamish Daud), traveler tampan yang hobi memotret. Trinity selalu menuliskan pengalaman jalan-jalannya dalam sebuah blog bernama naked-traveler.com.

Film ini diproduksi oleh rumah produksi Tujuh Bintang Sinema, dengan produser adalah Ronny Irawan dan Agung Saputra, executive producer Lela Tresna dan Iwan S. Djasmoro. Sutradara film adalah Rizal Mantovani. Sementara, sederet artis papan atas Indonesia yang mendukung film ini, di antaranya MaudyAyunda, Hamish Daud, Babe Cabiita, Rachel Amanda, Anggika Bolsterli, Ayu Dewi, Cut Mini, Farhan, Tompi, dan lain-lain. Film ini sendiri dikemas secara fun dengan bumbu percintaan, persahabatan, dan rasa kebangsaan yang menarik.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, dukungan Kemenpar terhadap film nasional ini karena pariwisata dan film merupakan bagian dari ekonomi kreatif Indonesia yang tidak bisa dipisahkan.

"Kita harapkan film dan pariwisata sangat dekat. Film juga bisa mempromosikan keindahan alam Indonesia," ujar pria asli Banyuwangi tersebut.

Banyak contoh film yang sukses mengangkat pariwisata. Masih ingatkah anda film "Pasir Berbisik" yang mengangkat gairah turisme di kawasan Gunung Bromo dan sekitarnya. Film ini menceritakan kehidupan Daya (Dian Sastrowardoyo) yang sering menelungkupkan diri ke sebuah tanah pasir. Ia selalu mengira pasir berbisik kepadanya. Berdasarkan film itulah, hamparan pasir yang terletak di kaki Gunung Bromo ini dinamakan "Pasir Berbisik". Sejak itulah, banyak traveler yang ingin mendengar “bisikan pasir” dengan datang langsung ke lokasi. Memang, pasir tersebut mengeluarkan suara “bisikan” merdu jika ada angin yang berhembus.

Ada juga film "Eat, Pray, Love" yang dibintangi Julia Roberts. Film ini mengambil lokasi di Ubud dan Pantai Padang-Padang di Bali. Turis-turis dari berbagai penjuru dunia pun datang untuk melihat secara langsung tempat-tempat yang ditampilkan dalam film. Bahkan, Balian Ketut Liyer kebanjiran penunjung hanya untuk berkonsultasi dengannya.

Tren ini segera direspons oleh industri pariwisata. Banyak paket tur menawarkan perjalanan ala Elizabeth Gilbert (Julia Roberts), dengan menginap di dekat hamparan padi menghijau, mengunjungi pasar tradisional, berenang, hiking, berkonsultasi dengan pembaca telapak tangan, dan banyak lagi.

Yang juga tidak boleh dilewatkan adalah film "Laskar Pelangi". Memang, banyak film menampilkan keindahan alam Indonesia, namun film ini bisa dikatakan menjadi yang paling banyak menyerap perhatian para traveler.

Film yang rilis tahun 2008 ini mengambil lokasi di Pulau Bangka Belitung, dengan pantai-pantai biru berhiaskan batu grandit raksasa. Segera, film inipun menikmati kesuksesannya hanya dalam waktu singkat.

Ketiga film di atas menjadi contoh nyata bagaimana industri film mampu menjadi sarana yang tepat untuk mempromosikan destinasi wisata di Indonesia. Terlihat bagaimana pengaruh yang besar dari sebuah film bagi pariwisata suatu daerah. ***