MEDAN - Sejumlah petani bawang merah di Sumatera Utara (Sumut) mengalami gagal panen akibat tanaman mati muda. Bahkan, petani bawang merah di Silalahi, Paropo Kabupaten Dairi dan Tongging Kabupaten Karo banyak yang mengalihkan tanamannya ke komoditas lain seperti jagung.

Disinyalir kematian tanaman akibat benih bawang merah yang digunakan petani tidak layak atau bukan benih. "Bisa jadi, karena harga bawang merah untuk konsumsi murah sementara harga benih mahal, kemudian petani, agen ataupun pedagang menjadikannya sebagai benih. Ini dugaan kami," kata Ketua Kelompok Tani (KT) Tunas Muda Tomi Silalahi.

Tomi yang berdomisili di Desa Silalahi Kecamatan Silahi Sabungan, Kabupaten Dairi ini, fokus menanam bawang merah sejak tujuh tahun silam.

Menurutnya, matinya tanaman bawang merah terjadi ketika tanaman berumur tiga atau empat minggu. Dengan gejala, tanaman tidak berkembang dan mati.

"Awalnya pertumbuhan tanaman bagus, tetapi di minggu ketiga atau keempat, tanaman mengalami layu dan mati sementara benihnya tidak busuk," kata Tomi.

Biasanya, kata Tomi, dari pengalaman mereka selama ini, jika tanaman mati atau gagal tumbuh saat tanaman berumur di bawah satu bulan, berarti benihnya yang bermasalah. Tetapi jika tanaman mati di atas satu bulan (umur tanam) maka penyebab kematiannya akibat serangan hama atau penyakit tanaman.

Tomi yang memperoleh benih bawang merah dari Pusat Pasar Medan dan tidak bersertifikat dengan harga Rp 50.000 per kilogram jenis bauji, mengalami gagal total.

Bawang yang ditanamnya pada Desember 2016 dan harusnya panen bulan Februari kemarin, tidak memetik hasil sama sekali. "Saya rugi total," kata Tomi yang saat ini sedang mengolah lahan untuk bertanam bawang merah kembali.