NISEL - Sekolah Menengah Atas (SMAN 1) Somambawa kondisinya cukup memprihatinkan. Sekolah tersebut tak memiliki ruang kelas yang memadai untuk kegiatan belajar mengajar bagi para siswa yang hendak mengenyam pendidikan yang nyaman seperti sekolah-sekolah lainnya yang ada di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara.

Ratusan siswa terpaksa menempati ruangan kelas dan duduk dengan berdesak-desakan dengan siswa lainnya dengan menggunakan satu meja. Rata-rata satu kursi ini di duduki sebanyak lima sampai delapan siswa.

Sekolah ini berjumlah tujuh kelas dengan kondisi sangat memperihatinkan, dimana ruangan kelas di sekolah ini terbuat dari gubuk dan papan serta lantai beralaskan tanah, Gedung sekolah ini layaknya kandang ternak.

Adapun diketahui lokasi sekolah ini berjarak sekitar 40 kilometer dari pusat kota Kabupaten Nias Selatan. Lokasi sekolah ini tidak terlalu sulit untuk di jangkau karna berada di pinggir jalan besar, namun meski demikian kondisinya sungguh sangat memprihatinkan. Sekolah tersebut dihuni sebanyak 204 siswa dengan tenaga pengajar sebanyak 30 orang.

Pantauan, ruangan kelas belajar hanya terbuat dari kayu lapuk dengan beratap rumbia. Satu Kantor bagi guru yang mengajar dan masih belum memiliki kamar mandi sekolah. Terlebih ruangan yang tak lebih dari 2x3 itu kerap bocor ketika hujan mengguyur.

Pihak sekolah sendiri telah mengajukan proposal untuk pembangunan sekolah, namun hingga saat ini belum dapat perhatian dari Dinas Pendidikan setempat. Bahkan, sekolah ini sendiri dibangun sejak 2014 dan sampai sekarang masih terus digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

"Sudah tiga tahun pak sekolah ini telah berdiri, dan inilah keadaannya. Kondisi becek dimana-mana, anak-anak juga kadang enggak nyaman belajar dengan situasi begini. Kami berharap Pemerintah Daerah dapat mendirikan bangunan baru, ucap Kepala Sekolah, Aprais Ndruru.

Sarana-prasarana sekolah terbilang sangat minim, ruang kelas, mobiler seperti kursi, meja, dan fasilitas lainnya sangat parah dan memprihatinkan.

"Seperti perpustakaan, laboratorium masih belum ada. Demikian dengan fasilitas jalan, anak-anak sekolah terpaksa buka sepatu kalau musim hujan datang," paparnya.

Para pelajar berharap agar sekolah mereka bisa seperti sekolah pada umumnya, yang dibangun dengan kondisi layak dengan fasilitas yang memadai. "Maunya seperti sekolah yang lain bang, punya fasilitas lengkap, ada labor komputernya, tempat belajar nyaman, ini saja tempat duduknya rame-rame, kadang terganggu saat belajar," kata Frans Halawa.