KEPALA BNN Komjen Budi Waseso mengungkapkan, anggotanya menggunakan senjata baru dalam penggerebekan komplotan terduga bandar narkoba di kawasan Sunggal dan Medan Johor, Sumatera Utara, Rabu (1/3/2017) pagi. "Ada empat jenis. Laras pendek hanya pistol. Sisanya laras sedang dan panjang," kata Waseso di Kompleks Mabes Polri, Jakarta Selatan.

Waseso mengatakan, empat jenis senjata itu memiliki keunggulan masing-masing. Salah satunya dapat menghancurkan pintu berbahan besi atau brankas yang digunakan pelaku narkoba bersembunyi maupun menyimpan barangnya.

"Kalibernya beda beda, ada yang dinamakan 12 GA, ada lima jenis pelurunya. Ada yang loper (kapasitas senjata menyimpan peluru-Red) 12, 7, 9, ada juga loper single. Itu untuk penghancur pintu besi atau pintu tebal, bisa dihancurkan dengan senjata itu. Jadi kalau dobrak enggak mesti dengan mesin pemotong. Cukup tembakkan sekali saja langsung rusak," ujar dia.

Menurut dia, senjata itu tidak dibuat oleh PT Pindad melainkan dipesan dari luar negeri. Senjata itu dipesan dari Cekoslowakia, Amerika, Jerman dan Rusia.

"Ada buatan Ceko, Amerika, Jerman, dan Soviet (Rusia-Red). Jadi kita lihat kebutuhan dan kualitas senjata. Yang di medan itu biasa karena peningkatan perlawanan semakin meningkat. Maka kemarin kita enggak bisa berbuat apa apa karena peralatan belum hadir," bebernya.

Mantan Kabareskrim itu menambahkan, alasan menggunakan senjata produksi luar negeri lantaran kualitasnya yang telah teruji. Selain menggunakan senjata baru, anggota BNN juga dilengkapi rompi anti peluru yang tak kelihatan dengan mata alias seperti baju.

"Semua buatan luar negeri karena harus menjamin senjata itu akurasinya dijamin, efektifitasnya juga dijamin, karena kita berhadapan dengan nyawa. Jadi enggak boleh ragu dan enggak boleh senjata kualitasnya enggak terjamin. Jadi akurasi tembakan harus tepat," kata Budi.

Waseso menuturkan, pembelian senjata canggih ini memakai anggaran dari negara karena didukung Presiden Joko Widodo. Menurut dia, senjata canggih ini tak digunakan anggota Polri dan TNI karena penggunaannya berkaca dari pengalaman anggota BNN yang gugur saat mengungkap kasus narkoba.

"Ada yg digunakan militer Amerika, Meksiko, ada beberapa negara yang pakai. Tetapi di TNI enggak dipakai karena kalibernya enggak kaliber standar TNI Polri di Indonesia, tetapi kalau di negara luar digunakan untuk kepentingan militer," pungkasnya.

Sebelumnya, Badan Narkotika Nasional (BNN) menggagalkan peredaran puluhan Kg sabu-sabu di Medan, Rabu (1/3/2017). Sejumlah orang diamankan, seorang di antaranya tewas didor. Penyergapan dilakukan tim BNN di sejumlah lokasi, di antaranya kawasan Sunggal dan Medan Johor.

Petugas yang ditemui seusai melakukan penggeledahan rumah di Jalan Melinjo 3 No 6, Gedung Johor, Medan Johor, menyatakan sabu-sabu yang disita sekitar 39,8 Kg. "Di sini 1,8 Kg, di TKP Sunggal 38 Kg. Ini masih mau dikembangkan," katanya.

Rumah cukup besar di Jalan Melinjo 3 itu dihuni H, warga asal Aceh. Pria muda 3 anak itu terlihat dibawa petugas BNN ke dalam mobil. Dari dalam rumah, petugas BNN juga membawa ransel anak-anak berwarna merah muda.

"Tadi ada ditemukan 1,8 Kg sabu-sabu di dalam kamarnya. Dia ini baru 3 bulan menyewa rumah ini. Kata petugas tadi, penangkapan ini merupakan pengembangan penangkapan di Sunggal. Di sana ada yang tewas ditembak," jelas Edwin Faisal, Lurah Gedung Johor yang ikut menyaksikan penggerebekan itu.

Selain H, petugas BNN juga mengamankan sejumlah orang di kawasan Sunggal. Petugas dilaporkan menyergap 2 unit mobil di Jalan Medan-Binjai Km 10,3. Ada penembakan dalam penyergapan itu. Sejumlah orang diamankan, seorang di antaranya tewas.