SOLO - Maraknya pemberitaan palsu atau hoax yang meresahkan masyarakat, mengundang keprihatinan berbagai pihak. Tak terkecuali Polresta Solo. 

Perhatian serius pun diberikan agar informasi palsu yang menyesatkan tak semakin merajalela di kalangan masyarakat.

Kapolresta Solo, Kombes Pol Ahmad Luthfi bahkan berjanji untuk membentuk unit khusus guna menangkal dan memerangi hoax.

Polisi, kata Luthfi, saat ini juga gencar melakukan tindakan pre-emtive dan pre-ventive guna menghalau dampak yang tidak diinginkan.

"Untuk menangkal pemberitaan hoax, kami akan melakukan sinergitas baik internal maupun external yakni kepada pihak terkait lainnya. Pemantauan melalui media sosial oleh kepolisian juga kita lakukan," ujar Luthfi, Senin (27/2).

Kapolresta menguraikan, nantinya di setiap Polsek harus menyediakan sumber daya anggota yang bertugas untuk memonitor viral menjadi tranding topic di sosial media.

Dari viral yang muncul tersebut, lanjut Luthfi, petugas pemantau di Polsek harus melaporkan dan mengkoordinasikan ke tingkat Polresta hingga Polda maupun Mabes Polri.

"Koordinasi harus dilakukan dari tingkat Polsek hingga Mabes, sehingga akan terjalin sempurna. Kami masih akan melakukan pendalaman untuk membentuk unit tersebut. Karena dibutuhkan sumber daya yang mumpuni agar koordinasi dapat terjalin," jelas Kapolresta.

Tak hanya masyarakat umum saja yang 'termakan' informasi bersifat hoax. Namun, sejumlah tokoh masyarakat di Kota Solo juga menjadi korban berita bohong tersebut.

Salah satu tokoh masyarakat Kota Solo yang menjadi korban hoax, Sumartono Hadinoto menyambut baik rencana kepolisian tersebut. Pria yang menjabat Sekretaris Palang Merah Indonesia (PMI) Solo ini mengaku pernah menjadi korban hoax.

Saat mendatangi salah satu rumah sakit untuk menolong salah satu pasien yang membutuhkan bantuan, ternyata ia tak menemukan pasien tersebut. Padahal sebelumnya ia mendapatkan informasi tersebut dari media sosial.

"Saat kami datangi ke rumah sakit, ternyata pasien yang dimaksud tidak ada. Mungkin hoax atau bisa juga ada pasiennya tapi telah dipulangkan atau infonya telat," terang Sumartono. (mdk)