MEDAN - Dalam era digita saat ini, laju arus informasi tidak lagi dapat di bendung. Semua orang dapat mengakses berita kapan saja dan dimana saja melalui kecanggihan alat komunikasi.

Berbagi konten baik berita maupun gambar menjadi konsumsi publik dan lahan bagi beberapa orang pragmatis untuk mencari keuntungan dengan menyebarkan konten yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Informasi antara fakta maupun opini terkadang menjadi sulit untuk dibedakan Celakanya sebagian dari kita menelan bulat-bulat informasi yang disajikan tanpa terlebih dahulu kroscek kebenaran berita tersebut. Tidak jarang konten-konten tersebut menimbulkan kegaduhan saat menjadi viral di berbagai media sosial.

Pengamat Komunikasi Universitas Muhammaddiyah Sumatera Utara (UMSU) Ribut Priadi S.Sos,. M.I.KOM,. Berita hoax muncul bisa dari siapa pun, tanpa harus mengatahui kebenaran berita tersebut.

"Belum pasti kebernaranya berita dan faktanya, hoax bisa muncul dari siapa pun, gak perlu dia dari masyarakat biasa atau pun, dari seorang tokoh," ucap Ribut Priadi.

Penyebaran berita itu hoaxnya itu, bisa dipakai siapa saja orangnya, karena dijaman sekarang ini, perkembangan media sosial sudah dengan teknologi canggih,

"Tidak juga, siapa saja bisa menyebarkan berita palsu, gak bisa kita bilang yang menyebarnya penguasa atau partai politik, warga biasa pun bisa, karena dengan adanya media sosial, siapa saja bisa menyebarkan seluruh konten palsu yang tidak memakai tiga prinsip terabut," ucap Humas Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Ribut Priadi, saat di ruang kerjanya, Jumat (24/2/2017).

Mengantisipasi berita itu juga muda diterapkan oleh masyarakat, hanya perlu mengetahui Tiga prinsip dasarnya terlebih dahulu, apakah berita itu palsu atau benar kejelasannya.
Lalu ia menjelaskan bahwasahnya setiap berita itu punya Tiga prinsip diantaranya.
1. Sesuai dengan fakta 
2. Berimbang
3. Objektif
Diluar dari pada ketiga prinsip ini, itulah yang dikatakan dengan hoax.