DELISERDANG - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bersama Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) H. Tengku Erry Nuradi meresmikan pabrik sarung tangan keenam milik PT Medisafe Tencnology di Jalan Batang Kuis Gg Tambak Rejo Pasar X, Desa Buntu Bedimbar, Tanjung Morawa, Kab. Deliserdang.

Hadir Bupati Deli Serdang Ashari Tambunan, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin, anggota DPR RI Hasrul Azwar, staf khusus Menteri Happy Bone, Dirjen Industri Argo Panggah Susanto, Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Maura Linda, Konjen Hindia Shalia Shah, Group Chairman Indorama Sri Prakash Lohia, Chairman PT Medisafe Technology Vikram Hora, unsur FKPD Provsu dan Kabupaten Deliserdang.

Menteri Airlangga mengatakan industri alat-alat kesehatan farmasi dan obat-obatan merupakan salah satu industri yang berkontribusi tinggi dan bahkan melebihi pertumbuhan ekonomi nasional. Tak pelak industri berorientasi ekspor berbasis lapangan pekerjaan menjadi salah satu andalan kementerian perindustrian.

Peresmian pabrik hari ini lanjut Menteri merupakan salah satu tema utama pembangunan tahun 2017 sebagai diharapkan Presiden Jokowi yakni tahun pemerataan. Andalan pemerataan yakni Sumber Daya Manusia (SDM) dan target penyerapan tenaga kerja. Oleh karenanya Menteri berharap industri orientasi ekspor berbasis lapangan pekerjaan harus terus dibangun dan didorong.

“Inilah Pak Gubernur alasannya mengapa penting saya hadir disini. Karena ini industri yang menjadi contoh industri padat karya berorientasi ekspor. Tolong industri ini dijaga dan tolong didorong karena industri berbasis karet dan kelapa sawit merupakan klaster andalan di Sumut. Apalagi ditambah penciptaan klaster industri Sei Mangkei dan Kuala Tanjung,” sebut Menteri.

Lebih lanjut dikatakan Menteri dalam rapat terakhir, pihaknya bahkan telah mengusulkan agar kedua klaster, Sei Mangke dan Kualatanjung digabung karena akan memberikan efek yang lebih luas untuk mensuplai industri kelapa sawit dan turunannya plus industri aluminium.

“Kami usulkan klaster ini digabungkan karena kalau digabung luas lahannya lebih 4.000 hektar dan jarak keduanya hanya 7 km. Ini akan menimbulkan suatu efek yang lebih luas untuk mensuplai dari pada indutri kelapa sawit dan turunannya plus indutri aluminium,” ujarnya.

Untuk industri padat karya berorientasi ekspor lanjut Menteri, pihaknya sedang mengusulkan kepada kementerian keuangan untuk memperoleh insentif fiscal yang dapat berupa insentif investment allowance atau tax allowance.

“Ini fomulanya sedang dibikin dan agak berbeda untuk allowance Big Industri. Karena kalau Big industri itu 1 billion sampai 3 billion, bisa sepuluh tahun atau lebih. Mudah-mudahan tidak terlalu lama sudah kita formulasikan. Sudah kita bahas dengan Pak Presdien dan beliau sangat mendukung insentif untuk industri berorietntasi ekspor penyerapan tenaga kerja,”terangnya.

Kaitannya dengan Industri sarung tangan Menteri berharap diperlukannya inovasi. Karena saat ini Indonesia berada nomor dua dibelakang Thailand. Namun jika melihat perkembangan harga energi meningkat peluang di Indonesia masih cukup besar. Kementerian Perindustrian lanjutnya juga mendorong agar produksi ini bisa dikonsumsi didalam negeri dengan pelaksanaan fasilitas fiscal yang ada harmonisasi dari regulasi.

“Saya ucapkan selamat kepada Medisafe Tecnology. Semoga peresmian pabrik ini menjadi bagian kelanjutan dari pada ekspansi perusahaan. Kalau di Malaysia produksinya 9 miliar (pcs per tahun) dengan perusahaan yang sama, disini bisa sama dengan di Malaysia. Pak Gubernur yang kawal,” pungkasnya.