LABURA - Petani sawit di Labuahanbatu Utara (Labura), mulai bernafas lega. Sebab, saat ini harga Tandan Buah Segar (TBS), di sana sudah mulai merangkak naik. Dari harga sebelumnya berkisar Rp700/kg nya kini sudah menjadi Rp1.700/kg. Menurut warga dan para petani di sana harga ini bertahan sudah mencapai 2 minggu.

“Harga sawit dalam dua pekan ini untuk ke pabrik 1.850/kilo dan untuk harga petani 1.700/kgnya,” ucap petani mengaku bernama Hendrik. Hal senada juga dikatakan P Purba (40). Warga Desa Pangkal Lunag Labura, ini merasa bersyukur dengan naiknya harga TBS.

Pelaku pasar perlu mewaspadai potensi penurunan harga minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO). Para pengamat melihat ada potensi pasokan CPO dunia kembali naik.

Berbagai komunitas CPO di dunia memperkirakan, produksi minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia bakal mulai pulih pada semester kedua tahun ini. Produksi CPO di Februari ini juga berpotensi meningkat. "Kenaikan harga belakangan ini merangsang produsen menambah produksi, apalagi musim kering sudah selesai," jelas Wahyu Tribowo Laksono, Analis Central Capital Futures.

Di saat yang sama, permintaan CPO malah lesu. Surve kargo dari Intertek Testing Services menunjukkan ekspor CPO Malaysia periode 1-20 Februari terkikis 0,8% menjadi 733.288 ton. Hal ini membuat harga CPO kembali tertekan.

Kemarin (22/2), harga CPO kontrak pengiriman Mei 2017 bertengger di RM 2.809 per ton. Jadi, selama bulan Februari, harga CPO sudah merosot sekitar 3,91%. Sekadar info, harga CPO sempat mencapai RM 3.013 per ton pada awal Februari (8/2).

Sebelumnya, pasokan yang ketat sempat membuat harga komoditas perkebunan ini melesat. Selama bulan Januari lalu, CPO cenderung bertahan di atas level RM 3.000 per ton. Namun, mulai awal Februari, CPO meninggalkan level RM 3.000 per ton, seiring dengan proyeksi kenaikan produksi.

Para pengamat menilai potensi naiknya pasokan CPO masih menjadi ancaman bagi harga. Jika harga CPO mampu bertahan di atas RM 2.800 per ton, Wahyu memperkirakan harga komoditas ini bisa kembali menyentuh RM 3.000 per ton tahun ini. Tetapi jika harga jatuh ke bawah RM 2.500 per ton, maka ada potensi harga terkonsolidasi di area RM 2.000-RM 2.400 per ton.