MEDAN - Korselting listrik sering menjadi faktor utama terjadinya kebakaran, dikarenakan kurangnya perawatan dan pengecekkan terhadap kabel-kabel yang sudah tidak layak, dan sengaja dibiarkan begitu saja.

Menurut Kepala Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran (P2K), M. Tampubolon mengungkapkan faktor utama sering terjadinya kebakaran, kurangnya pemeriksaan terhadap kabel dan sengaja dibiarkan.

"Kabel listriknya sengaja biarkan rusak karena terbakar, akibat tak mampunya daya tampung kabel, misalnya 900 watt ke 1200 itukan harus kabel yang lebih besar, tapi banyak ditemukan kabelnya lebih kecil," Ucap M. Tampubolon kepada Gosumut saat di Kantornya Jalan Candi Borobudur, Selasa (22/2/2017).

Ditahun 2017 ini ada sekitar 25 kali kebakara dalam Dua Bulan terakhir, kasus paling sering ditemukan akibat korsleting listrik, dan total kerugian mencapai Tiga Miliar lebih.

Untuk saat ini, M. Tampubolon Kadis P2K menjelaskan, banyak masyarakat tidak perduli terhadap bahayanya listrik, dapat menghanguskan rumah dengan sekejap kasat mata.

"Mereka sering curi listrik, habis tuh kabelnya tak diganti, dipakek juga masih yang lama (900 Watt), sebentar bisalah, lama-lama apa enggak terbakar kabelnya," Ucap Kadis Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan.

Menyinggung lebih jauh tentang gedung Aksara dan Medan Plaza terbakar habis, menurut Kadis P2K, sebenarnya bisa dicegah dengan langkah awal, seperti dilengkapi dengan racun api serta aktifnya Hydrant disetiap lantai dari gedung tersebut.

"Gedung itu gak ada racun apinya, dan hydrant apalagi gak ada, makanya tak terselamatkan, serta staf-staf pengaman disitu juga harus terlatih bagaimana cara memadamkan api, dan satu lagi gedung Ramayana Pringgan sampai saat ini belum ada racun api dan hydrantnya" tutur M. Tampubolon.

Kadis P2K ini juga menyarankan, untuk setiap gedung setidaknya harus dilengkapi dengan racun api 75 meter setiap lantainya serta Hydrant maksimalnya 600 meter, sudah harus terletak disudut-sudut ruangan.