MEDAN - Kakak kandung dari tersangka Indri Silitonga pembunuh pekerja Kafe, Imelda Silitonga alias Imel (35) mengancam bunuh diri saat mengetahui adiknya ditembak petugas ketika melawan saat hendak ditangkap.  Bahkan, Imel menjerit histeris sembari meneteskan air mata, saat adiknya dikeluarkan petugas dari ruang tahanan Markas Kepolisian Sektor (Mapolsek) Medan Barat, Jalan Budi Pembangunan II, Kecamatan Medan Barat guna keperluan ekspos kasus kepada awak media, Selasa (21/2/2017).

"Aku mau bunuh diri di kantor polisi ini. Aku mau bunuh diri karena kalian fitnah adikku. Tolonglah adikku. Kejam fitnah itu. Kakinya ditembak, pelakunya udah lari," teriak Imel saat ditarik oleh keluarganya. 

Imel menjelaskan, saat kejadian penganiayaan itu berlangsung di Jalan Mayor, Medan pada Jumat (10/2/2017) lalu, Indri hanya melerai pertikaian antara Bustami (22) dan Ikhwan Arifuddin (40). Dari pertikaian itu, Imel mengatakan, jika Bustami menikam Ikhwan menggunakan ekor Ikan Pari.

Akibatnya, Ikhwan mengalami kondisi luka tusuk yang cukup parah, sehingga harus dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Martha Friska. Kemudian, Ikhwan dirawat di kampung asalnya. Esoknya, Sabtu (11/2/2017) karena luka yang diderita cukup parah, korban pun menghembuskan nafas terakhir. 

"Sebenarnya bukan adikku yang melakukannya. Ada yang nampak, si Bustami nikam korban pake ekor ikan pari," sebutnya sembari mengukur panjang ekor pari menggunakan kedua tangannya.  Tidak hanya itu, ibu dari Imel, Nurlela Tanjung atau yang akrab disapa Mami (62), juga membenarkan peristiwa penikaman itu bukan dilakukan oleh anaknya. Melainkan, tersangka Bustami. 

"Bustami yang menikam ini. Ada tiga kali dia nikam. Jadi udah ditikamnya dibaloknya lagi. Anak saya cuma melerai aja," kata Mami. 

Menurut wanita yang juga pemilik Kafe di seputaran Pasar Brayan itu, mengungkapkan, jika pertikaian tersebut bermula karena masalah parkir. Belum lagi ditambah dengan permasalahan asmara. Sehingga, Bustami nekat melakukan penganiayaan itu. 

Mami mengakui, jika Bustami sudah lima bulan tinggal di Kafe yang dia kelola. Dalam orientasinya, Mami menceritakan, Bustami sering terlibat masalah dengan Ikhwan. 

"Ini masalah parkir. Mau dicurinya kereta. Masalah perempuan juga ada. Cemburu, tiap hari mereka berantam gara-gara cemburu. Cuma si Bustami ini aja yang punya gendak. Dia sering bawa gendaknya di kamarnya. Sudah itu di kamarnya ada banyak bong. Jadi Mami usir karena Mami takut," akunya. 

Secara terpisah, Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Medan Barat, Kompol Victor Ziliwu dalam siaran persnya membenarkan, jika penganiayaan itu dilakukan oleh Inri. Sementara itu, petugas kepolisian masih memburu tersangka Bustami. 

"Pada hari Selasa tanggal 21 Februari 2017, sekitar pukul 04.00 WIB. Telah ditangkap seorang laki-laki sesuai dengan SPKAP yang bernama Indri Silitonga, di Jalan Bambu, Gang Bunga Raya, Pasar lV, Helvetia Labuhan Deli. Setelah pelaku bernama Indri Silitonga tidak dapat melarikan diri (usai ditembak) selanjutnya Unit Reskrim memboyong pelaku ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan, untuk dilakukan perawatan," kata Victor. 

Atas perbuatannya, tersangka terancam dikenakan Pasal 351 jo 170 ayat (3). Petugas juga mengamankan barang bukti sebilah balok ukuran 1 meter lebih, dan juga sepasang sepatu.