MEDAN - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I memprakirakan tiga hari ke depan (20-23 Februari) wilayah Sumut akan mengalami hujan sedang disertai angin guntur di wilayah Pantai Timur, Pantai Barat dan sebagian pegunungan di provinsi ini serta di Kepulauan Nias. "Ya, tiga hari ke depan, hujan sedang yang disertai badai guntur di wilayah Pantai Timur, Pantai Barat dan pegunungan Sumatera Utara serta Kepulauan Nias," kata Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah I, Syahnan, Senin (20/2/2017).

Kata Syahnan, curah hujan di wilayah Sumatera Utara akan terjadi pada siang dan malam hari dengan intensitas ringan hingga sedang. Dan ada juga beberapa daerah terjadi hujan lokal pada siang harinya.

Suhu udara di wilayah Sumatera Utara, lebih lanjut dikatakan Syahnan, sangat bervariasi dari 17-32 derajat celsius dengan kelembaban 65-100 persen. Sementara, kecepatan angin di wilayah Sumatera Utara diprediksi merata 30 Km/h. "Suhu udara di Kota Medan, 21-32 derajat celsius," ujarnya.

Sebelumnya, dokter spesialis penyakit paru, Prof Dr Tamsil Syafiuddin SpP (K) mengatakan cuaca tidak menentu seperti panas dan hujan yang berlangsung hingga sekarang dapat meningkatkan resiko bagi orang yang sudah ada penyakit dasar paru-parunya. Misalnya sakit asma atau lainnya.

Karena, jelas Prof Tamsil, jika masyarakat ada yang memiliki penyakit bawaan dan penyertanya, maka hal itu bisa menjadi pencetus dari penyakit tersebut. "Pencetusnya ada macam-macam, berupa penurunan suhu, karena suhu tidak stabil atau kelembaban. Sehingga resiko dari penderita akan meningkat," jelasnya.

Namun bagi orang normal, atau yang tidak memiliki jejak riwayat penyakit paru, kondisi cuaca ini tidak akan memberikan dampak pengaruh apapun. Termasuk, kata dia, sekalipun bagi mereka yang merupakan para perokok. "Sebab, perokok belum tentu struktur parunya berubah. Kecuali jika sudah berubah, baru akan berpengaruh," pungkasnya.

Sementara itu, dokter spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT) dr Ramlan Sitompul SpTHT mengatakan, cuaca yang tak menentu akan menjadi persoalan bagi adaptasi tubuh. Sehingga, hal ini membuat daya tahan tubuh berubah.

Jika perubahan suhu diselingi dengan cuaca yang sangat panas, terang Ramlan, maka akan menimbulkan ISPA. Sebab, karena panas tadi, debu dijalanan akan naik dan membuka peluang dari resiko penyakit tersebut.

"Inilah yang jadi persoalan. Kadang infeksi saluran pernafasan dapat terjadi karena debu yang berterbangan. Sehingga dapat memicu ISPA," jelas Ramlan.